Happy reading
*****
Rasa heran sekaligus penasaran memenuhi setiap sudut dari benak Acha. Bagaimana tidak? Semenjak dirinya sadar dari koma, lalu dipindahkan ke ruang rawat biasa, setiap pagi pasti ada saja buket bunga yang tergeletak manis di nakas samping ranjangnya.
Dua hari yang lalu, bunga liliy putih, kemarin bunga matahari, dan sekarang bunga mawar pink kesukaannya. Entah siapa orang yang menaruh semua buket itu. Yang pasti, ada satu kesamaannya.
Yaitu, di setiap buket yang diberikan, selalu ada sticky notes bertuliskan permintaan maaf. Warna sticky notes itu juga sesuai dengan warna bunga yang dikirim. Apakah ini perbuatan orang iseng?
"Eh, kok malah melamun sih, Cha? Ayo, dimakan apelnya. Udah bunda kupasin nih." Maudy menunjuk piring kecil berisi apel yang diletakkan pada meja lipat.
"Hmm ... iya, Bun, nanti. Boleh Acha tanya sesuatu nggak, Bun?"
"Boleh, tanya aja." Maudy masih melanjutkan acara mengupas apelnya.
Acha menghela napas. "Bunda ... tahu nggak, siapa yang ngasih bunga ini? Soalnya, rasanya aneh gitu, Bun. Masa setiap Acha bangun, di nakas udah ada buket bunga. Dan anehnya, di semua bunga, ada notes yang isinya selalu sama. Permintaan maaf."
"Bunda nggak tahu sih. Tapi ... kayaknya anak bunda punya secret admirer nih!" Maudy meletakkan pisaunya, jauh lebih tertarik dengan cerita putrinya.
"Secret admirer apaan sih, Bun?" Acha merotasi bola matanya sembari terkekeh. Berusaha menampik fakta yang dibeberkan Maudy.
"Pengagum rahasia gitu? Mana ada lah, Bun. It's impossible. Acha ini kan cuma cewek biasa, nggak ada spesialnya. Mana ada sih secret admirer? Haha ... bunda lucu deh."
Acha masih saja tertawa-tawa, sementara Maudy, ia menggeleng-geleng melihat tingkah putrinya. Baru beberapa hari sadar dari koma, putrinya sudah bisa tertawa lepas begini.
Mungkin, ia harus berterimakasih kepada pengirim bunga misterius itu. Itupun, kalau orangnya ketemu.
"Ya, kalau kamu nggak percaya nggak papa. Tapi nih, feeling bunda bilang seratus persen itu bunga dari secret admirer kamu! Udah deh, kan disetiap buket yang ada itu diselipi notes, kalau mau tahu siapa yang ngirim, mending kamu bandingin aja tulisannya. Terus ingat-ingat, ada nggak orang yang kamu kenal yang punya tulisan mirip notes nya?"
Acha mengangguk. Ide yang sangat brilian dari bunda nya itu akan ia lakukan. "Boleh juga idenya, bunda. Okelah, Acha akan lihat dan bandingkan. Barangkali, tulisan itu bisa Acha kenalin." Gadis itu tampak antusias. Tak sabar mengetahui identitas si pengirim bunga.
"Good job." Maudy mengacungkan dua jempolnya.
"Sekarang, bunda tinggal dulu ya. Bunda kan juga harus kerja disini. Mungkin, nanti Edward atau Rendra datang buat jenguk kamu. Oh, dan jangan lupa, apelnya dimakan. Begitu bunda balik kesini, apelnya harus udah habis, oke?"
"Tunggu dulu, Bun." Acha mencegah Maudy yang hendak keluar.
"Bunda bilang, Edward atau Kak Rendra mau jenguk? Bukannya mereka sibuk ya?"
"Sibuk?" tanya Maudy. Setelahnya, ia menggeleng.
"Nggak juga tuh. Buktinya aja, pas kamu koma, setiap hari di jam besuk, Edward selalu jenguk kamu. Kadang ngajak ngobrol, kadang bacain Al-Qur'an. Rendra juga sih, tapi nggak sesering Edward. Udah ya, bunda mau kerja dulu. Assalamu'alaikum."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Acha ✓
Spiritual[ Sequel Maudya ] Kehidupan Acha-Arsha Indira Brawijaya yang semula tenang seketika berubah. Berawal dari pertemuan yang tak sengaja dengan Edward, seorang pemuda blasteran Indonesia-Australia, kini dunianya serasa dijungkir balikkan oleh Edward. Ac...
