Happy reading
*****
Usai segala persiapan yang dilakukan, hari bahagia yang dinantikan semua orang pun tiba. Oh, ralat. Maksudnya, hari bahagia yang dinantikan oleh Joan dan Ray. Karena secara teknis, baik Nadine, Edward, maupun Falda sekalipun tidak sama sekali menginginkan hari ini terjadi. Mereka hanya terpaksa saja melakukan ini.
Di salah satu ruangan yang terdapat di gedung milik keluarga Nadine, Edward berdiri mematung di dekat jendela. Ia tampak tak berminat sama sekali dengan pernikahan ini. Ketika dirias, ia hanya diam saja.
Meskipun para stylish memuji-muji ketampanannya saat mengenakan tuxedo mewah pilihan daddy nya, ia merasa hampa. Ia merasa kosong. Mungkin, akan lain ceritanya jika ia menikah dengan Acha. Mungkin, ia akan merasa sangat bahagia sekarang, bukannya malah hampa dan kosong seperti ini.
Berbicara soal Acha, apa kabar dengan gadis itu sekarang? Apakah dia baik-baik saja? Edward dengar, Acha sempat mengalami kecelakaan yang mengharuskannya untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit. Hari itu, sesungguhnya Edward berniat menjenguk Acha di rumah sakit. Ia sudah membawa buah-buahan yang rencananya akan ia berikan pada gadis itu. Namun, tatkala ia sampai di ruang rawat gadis itu, ia tidak sengaja mendengarnya sedang menangis sambil dipeluk oleh wanita yang sepertinya ibunya.
Sakit dan sesak. Itu yang Edward mampu rasakan ketika mendengar tangisan Acha. Tangisan pilu yang mencabik-cabik hatinya hingga hancur tak bersisa. Ia ingin menghibur Acha, ingin merengkuh dan memeluk tubuh mungil nan rapuh itu. Tapi dia tidak mampu.
Bahkan, saat Nadine menahan tangisnya untuk menjelaskan apa yang terjadi pada Acha dan Fina, ia bungkam seribu bahasa. Memang, Edward akui bahwa dirinya tak lebih dari seorang pengecut. Yang tidak bisa memberikan penjelasan apapun setelah dengan gampangnya mendeklarasikan rasa cintanya pada Acha. Ia tidak yakin, apakah setelah ini, ia sanggup bertemu muka dengan Acha? Entahlah. Semuanya menjadi semakin rumit saja.
"Sedang apa kamu disana?" Pria paruh baya yang baru saja membuka pintu itu terlihat bingung. Ia bingung dengan tingkah putra semata wayangnya. Bisa bisanya Edward malah melamun di hari yang penting seperti ini. Bukannya bersiap atau sekadar merapikan penampilannya.
"Ayo, upacara pernikahannya akan segera dimulai. Sebentar lagi, kamu akan menjadi suami dari Nadine. Daddy harap, kamu bisa menjaga dan membahagiakannya. Kita keluar sekarang."
Edward tidak menyanggah ataupun menyanggupi permintaan Joan. Baginya, kehidupannya bersama Nadine masih abu-abu. Ia masih belum bisa membayangkannya.
"Sampai kapan kamu akan berdiri disana, Edward?! Ayo cepat keluar bersama daddy. Jangan membuat malu dengan mengacaukan acara ini. Karena Acha sudah bersusah payah membuat wedding cake untuk kalian berdua." Joan memang sengaja memancing Edward menggunakan Acha. Kalau tidak begini, ia yakin sekali bahwa putranya tidak akan serius dalam upacara pernikahannya.
Edward membelalak kaget. Ia benar-benar tidak tahu soal hal ini. "Apa?! Daddy menyuruh Acha untuk bikin kue pernikahan Edward? Kenapa harus dia, daddy?! Kenapa?!"
"Karena kue buatan dia enak. Kan kamu sendiri yang bilang. Jadi, daddy memutuskan untuk pesan kue darinya, dan dia menyetujuinya. Sekarang, terserah padamu saja. Kamu mau menjalani pernikahan ini dengan serius atau mau menyia-nyiakan usaha Acha dalam membuat kue itu dan membiarkannya sakit hati lagi?"
"Baiklah, Edward akan turutin kemauan daddy. Asalkan, daddy berhenti melibatkan Acha dalam semua hal yang berkaitan dengan kita!"
"Oke, daddy akan berhenti untuk melibatkan gadis itu. Kecuali dalam urusan bisnis. Mengingat, dia adalah putri dari Revan, dan perusahaan kita juga bekerja sama dengan perusahaan Revan. Sekarang, rapikan pakaian kamu. Daddy tunggu kamu di luar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Acha ✓
Espiritual[ Sequel Maudya ] Kehidupan Acha-Arsha Indira Brawijaya yang semula tenang seketika berubah. Berawal dari pertemuan yang tak sengaja dengan Edward, seorang pemuda blasteran Indonesia-Australia, kini dunianya serasa dijungkir balikkan oleh Edward. Ac...