Bagian 19

545 44 0
                                        

Happy reading

*****

Semua orang berduyun-duyun memadati gedung itu. Duduk dengan khusyuk, menunggu acara pembukaan dimulai. Ada yang memainkan ponsel, ada yang mengobrol dengan yang lain, dan adapula yang sibuk berdzikir. Namun, tatkala seorang lelaki setengah baya mulai memegang mikrofon dan angkat suara, seketika, mereka menghentikan kegiatannya.

Memperbaiki duduknya untuk menyimak apa yang akan disampaikan oleh lelaki itu. Acara pembukaan ini akan dimulai dengan pembacaan lantunan ayat suci Al-Qur'an yang dibawakan oleh Ustadz Maher—ayah dari Ashlyn dan Arnold. Dan Edward, ia tak tahu bahwa ia duduk tepat di sebelah Arnold.

Ustadz Maher memulai dengan membaca ta'awudz. Dilanjutkan dengan bacaan basmalah yang amat merdu. Menyejukkan hati siapapun yang mendengarnya.

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَاب

صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ

Usai membacakan lantunan ayat Al-Qur'an, Ustadz Maher melanjutkannya dengan membacakan artinya dalam Bahasa Indonesia. Karena, sebagian besar calon anggota komunitasnya berasal dari Indonesia.

"Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksaan-Nya. Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. Al-Qur'an Surah Al-Maidah ayat 2."

Ustadz Maher mengakhiri bacaannya. Meletakkan mikrofon di tempat semula, lalu mempersilakan presenter untuk memandu kelanjutan acara.

Arnold menoleh ke sebelahnya. Ia kaget, mendapati Edward tengah mengucek-ngucek matanya yang berair. "Hey, why are you crying? Are you okay?" Ia menepuk pelan bahu Edward.

"Yes. I'm okay. I'm okay." Lirih Edward. Ia memang baik-baik saja. Ia menangis karena terharu mendengarkan merdunya lantunan ayat yang dibawakan oleh Ustadz Maher tadi. Suara syahdu dari Ustadz Maher mampu masuk, menembus relung hati Edward yang paling dalam. Menyingkirkan kabut tebal yang selama ini menutupi hatinya.

Bahkan, lantunan itu lebih merdu dari suara Acha. Sukses membuat hatinya lebih bergetar dan bulu kuduknya meremang karena merinding.

Ia akui, ia kagum. Ia takjub. Tak ada kata-kata yang bisa menggambarkan kekagumannya pada Al-Qur'an. Edward telah jatuh. Namun jatuh itu teramat indah. Tidak menyakitkan sama sekali. Karena, ia telah jatuh cinta kepada agama islam. Agama Allah. Agama yang mati-matian dipertahankan oleh keluarga ibunya dulu.

Edward mengerti sekarang. Ia paham, apa arti binar di mata Acha ketika membicarakan Surah Ar-Rahman di taman waktu itu. Binar itu menunjukkan cinta yang dilandasi dengan keimanan pada Dzat Yang Maha Agung. Sang Pencipta Alam Semesta. Allah SWT.

Hal ini, membuatnya semakin yakin untuk terus belajar. Memperdalam ilmu agamanya untuk bekalnya masuk islam kelak. Ya, Edward sudah memutuskannya. Dan ia, akan menjalaninya dengan sepenuh hati.

Acara berlanjut dengan tausiyah singkat dari Ustadz Maher. Lalu presentasi dari Ashlyn dan Arnold mengenai komunitas yang mereka pelopori ini. Dari mulai sejarah berdirinya, hingga kegiatan apa saja yang akan mereka lakukan nanti. Ternyata, komunitas ini akan dibagi menjadi dua nantinya. Komunitas dengan anggota yang berusia muda dan komunitas dengan anggota yang berusia lanjut.

Takdir Cinta Acha ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang