Happy reading
*****
Detik demi detik terlewati. Terhitung sudah 7 hari, 168 jam, 10.080 menit, dan 604.800 detik gadis itu tertidur. Seolah tak terusik oleh apapun.
Seakan enggan untuk membuka mata cantiknya kembali dan menyapa dunia dengan senyum hangatnya. Edward rindu, dia rindu dengan senyum itu.
Bodoh. Bodoh. Bodoh!
Mengapa Acha memilih menyelamatkannya ketimbang menyelamatkan dirinya sendiri?
Seharusnya, ia tidak perlu melakukan ini, karena memang sejak awal, sasarannya adalah Edward. Target yang diinginkan mati oleh pelaku adalah dirinya, bukan gadis itu.
Ya, Edward memang sudah menemukan pelakunya. Tepat tiga hari setelah Acha dinyatakan koma oleh dokter, polisi menelponnya di pagi hari. Saat ia sedang berolahraga di taman.
"Selamat pagi. Benar ini dengan Saudara Edward? Ini dari kantor polisi," tanya seseorang di seberang sana. Edward otomatis menghentikan larinya. Melambatkan langkah dan mencari bangku kosong.
"Iya benar, ada perlu apa, pak? Apakah pelakunya sudah ketemu? Atau ada titik terang mengenai kasus yang saya laporkan?" Edward terdengar tidak sabar.
"Dugaan anda hari itu benar. Memang ada yang melakukan sesuatu pada talinya. Dan pelakunya sudah kami tangkap. Sebaiknya, anda datang ke kantor polisi sekarang, untuk melanjutkan proses hukumnya."
Edward mengangguk. Meskipun, secara teknis, polisi yang menelponnya tidak bisa melihat anggukannya. "Baiklah, Pak. Terima kasih. Saya akan kesana hari ini."
Kedua sudut bibirnya tertarik. Membentuk lengkungan bulan sabit. Tanpa menunggu lagi, ia membuka ponselnya. Mencari kontak orang-orang yang perlu ia hubungi. Maudy, Revan, dan Rendra. Mereka harus mengetahui hal ini.
"Edward! Mana pelakunya?!" Orang pertama yang ia jumpai di kantor polisi adalah Rendra. Setelah itu, disusul dengan Maudy dan Revan.
Edward memang sengaja menunggu mereka, untuk bersama-sama mengungkap kebenaran dibalik kecelakaan itu.
Bersama, keempat orang itu melenggang, masuk ke ruangan yang telah disediakan. Mata mereka mampu menangkap dua orang polisi serta seorang yang menunduk. Tampak ketakutan.
Edward rasa ... orang itu adalah pelakunya. Untuk selanjutnya, mereka dipersilakan untuk duduk.
"Jadi, kami sudah melakukan investigasi serta penyelidikan di TKP. Hasilnya, kami menemukan beberapa barang bukti yang mengarah pada penangkapan tersangka."
"Berdasarkan kesaksian dari Saudara Edward sendiri, sebelum tali itu digunakan, talinya sudah diperiksa kan? Dan hasilnya bagus."
"Sementara, pada sisa tali yang kami temukan di lokasi kejadian, bagian yang diduga terputus itu sangat rapi. Tidak ada serat-serat tali yang berantakan dan mencuat seperti halnya pada tali yang putus secara alami."
"Dari sana, kami memutuskan untuk melakukan pemeriksaan sidik jari. Ternyata, benar dugaan anda, kalau tali itu putus karena dipotong, bukan putus karena kelebihan beban."
"Kami menemukan sidik jari di talinya, dan sidik jari itu menuntun kami pada barang bukti selanjutnya, yakni cutter yang kami temukan pada saku celana salah satu kuli bangunan disana."
"Kami akui, pelakunya memang ceroboh, dan mungkin terlalu percaya diri karena membawa barang bukti itu dengan santai. Tanpa menyangka bahwa anda akan melaporkan kasus ini ke kantor polisi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Acha ✓
Spiritual[ Sequel Maudya ] Kehidupan Acha-Arsha Indira Brawijaya yang semula tenang seketika berubah. Berawal dari pertemuan yang tak sengaja dengan Edward, seorang pemuda blasteran Indonesia-Australia, kini dunianya serasa dijungkir balikkan oleh Edward. Ac...