Takdir Cinta Acha

1K 55 14
                                    

Assalamu'alaikum semuanya. Udah pada siap buat kondangan online belum? Btw, ini chapter terakhir dari Takdir Cinta Acha ya. I hope you like it. Enjoy!

Happy reading

*****

"Bismillahirrahmanirrahim, saya terima nikah dan kawinnya Arsha Indira Brawijaya binti Biantara Revanza Brawijaya dengan mas kawin satu set perhiasan berlian dan seperangkat alat shalat dibayar tunai!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bismillahirrahmanirrahim, saya terima nikah dan kawinnya Arsha Indira Brawijaya binti Biantara Revanza Brawijaya dengan mas kawin satu set perhiasan berlian dan seperangkat alat shalat dibayar tunai!"

Lelaki itu dengan lantang mendeklarasikan akad nikah di hadapan Revan, penghulu, Maudy, Arka, serta para tamu undangan. Jabatan tangannya pada Revan mengencang, pertanda bahwa ia gugup setengah mati.

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"SAH!" Teriakan sah menggema di seluruh sudut. Berganti dengan riuh tepuk tangan serta sorakan-sorakan selamat. Rasa haru, gembira, sekaligus lega menyapa. Menyusup di setiap sudut rongga hati lelaki itu. Hatinya terasa berdesir.

"Alhamdulillah!"

Hari ini, di tempat ini, ia telah menghalalkan gadis pujaan hatinya. Melengkapi separuh imannya. Ia menemukan lagi tulang rusuknya yang hilang. Separuh hatinya yang pernah pergi.

Maudy dan Novi melipir, meninggalkan tempat akad untuk menjemput Acha yang sekarang berada di kamar. Sebelumnya, Novi menitipkan dulu putranya kepada Arka. Ya, anak pertama Novi dan Arka berjenis kelamin laki-laki. Bayi gembul bernama Muhammad Al-Fatih itu terlelap nyaman di dekapan ayahnya.

"Acha, sayang. Yuk, keluar. Selamat ya, udah sah loh." Maudy melancarkan aksi jahilnya. Sontak saja semburat merah tercetak jelas di wajah Acha.

"Iya, nih, Cha. Selamat ya, sekarang status kamu sudah menjadi seorang istri. Ingat, pernikahan itu adalah hal yang sakral. Makanya harus dijaga dan dirawat sepenuh hati, pakai cinta."

"Terkadang, nanti ada ujian-ujian kecil di rumah tangga seperti perbedaan pendapat. Nah, anggap saja itu sebagai bumbu untuk pemanis pernikahan kalian. Kalian berdua harus bisa menjaga komunikasi, bicarakan berdua kalau ada masalah seperti perbedaan pendapat tadi," timpal Novi.

"Dah yuk, sekarang keluar. Suami kamu udah nggak sabar tuh lihat kamu yang cantik ini." Novi mengulurkan tangannya, membantu adiknya untuk berdiri. Posisi Acha berada di tengah kini, diapit oleh Novi di sisi kirinya serta Maudy di sisi kanannya.

"Bismillah, sayang. Jangan gugup, nak," bisik Maudy. Ia tahu, ini pengalaman baru bagi Acha. Telapak tangannya yang dihias henna terasa dingin di genggaman Maudy.

"Huft ...." Acha menarik napas. "Bismillahirrahmanirrahim, ayo bunda, Kak Novi."

Ketiga perempuan itu mulai melangkah. Menuju ke tempat akad. Saat sampai, para tamu undangan kembali bersorak, memuji kecantikan sang mempelai wanita. Maudy dan Novi mendudukkan Acha di sebelah lelaki yang kini sah menjadi suaminya.

Takdir Cinta Acha ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang