Bagian 18

537 39 0
                                    

Happy reading

*****

Kelopak mata lelaki itu terbuka sempurna, kala dirinya terusik dengan dinginnya malam yang menusuk hingga ke tulang. Ia menyibak selimutnya. Menyalakan lampu guna mencari remot AC untuk mematikannya. Masih jam dua dini hari, terlalu pagi untuk mandi dan memulai aktivitas. Pikir lelaki itu.

Ia merangkak naik ke tempat tidur berukuran king size miliknya. Bergelung dalam selimut tebal dan mencoba untuk tidur kembali. Namun tampaknya, usahanya sia-sia saja. Berbagai posisi telah ia coba. Dari mulai terlentang, tengkurap, miring ke kanan, miring ke kiri. Semua percuma saja. Ia tetap tidak bisa tidur lagi.

Merasa kerongkongannya kering, Edward memutuskan untuk turun. Mengisi kembali teko air minumnya yang kosong. Suasana dapur sangat hening. Hanya remang-remang lampu tidur yang meneranginya. Membuat Edward sedikit kesulitan untuk melihat.

Dengan susah payah, akhirnya ia berhasil mencapai kulkas. Ia menuang air putih ke gelas, meneguknya hingga tandas tak bersisa. Setelahnya, ia mengisi tekonya sampai penuh.

Sekembalinya dari dapur, Edward memilih untuk tidak tidur. Ia membuka jendela dan menuju balkon di kamarnya, menghirup udara dini hari yang masih segar dan belum terkontaminasi polusi apapun.

Aneh sekali dirinya. Tadi, dia mematikan AC karena kedinginan. Sekarang, ia malah angin-anginan di luar. Hah ... Edward dihadapkan dengan dilema besar kali ini. Apakah ia harus mengikuti kata hatinya yang mulai cinta pada agama islam? Atau mengabaikannya dan melupakannya begitu saja?

Apa jadinya jika daddy nya tahu tentang niatnya ini? Mungkin ... ia akan langsung dicoret dari daftar keluarga daddy nya. Seperti almarhumah ibunya dulu.

Sudahlah, daripada pusing, ia memilih mengaktifkan ponselnya. Ah, ia lupa! Seharusnya, tadi ia meminta nomor telepon Acha saja. Jika begini, bagaimana ia akan menghubungi gadis itu? Edward tampak berpikir.

Sedetik kemudian, ide brilian muncul di kepalanya. Jari-jarinya berselancar di kolom pencarian Instagram. Iseng mengetik nama Acha disana. Tak butuh waktu lama, Edward menemukannya. Ada setitik rasa senang yang terbesit di hatinya malam itu.

Namun, ia tak yakin. Karena di akun itu tertulis nama Acha's bakery. Apakah benar ini akun instagram Acha? Untuk memastikannya, Edward melihat foto demi foto yang ada di akun itu. Memang kebanyakan foto kue-kue cantik yang menggugah selera. Beruntung, dirinya menemukan foto Acha yang sedang memegang kue. Tampaknya, Acha sedang mempromosikan kue itu. Ia mulai mengetik sesuatu disana.

Ed_wrd
Hai Acha, saya sudah memutuskan untuk menghadiri pembukaan komunitas itu besok. Sampai jumpa disana ya.

Tring!

Acha's bakery
Alhamdulillah kalau kamu mau datang. Semoga besok, kamu bisa belajar banyak ya."

Edward mengerjapkan matanya beberapa kali. Hampir berteriak. Ia tak percaya dengan ini. Maksudnya, ini baru jam dua pagi. Dan Acha membalas direct message nya! Apa yang dilakukan gadis itu di pagi buta seperti ini? Apakah dia tidak tidur? Edward jadi penasaran, apa yang dilakukan Acha saat ini.

Ia mengetikkan sesuatu. Namun, ketika ingin menekan tanda send, ia menghapus kembali tulisannya. Tidak, tidak. Tidak seharusnya dia terlalu kepo dengan urusan Acha. Bisa-bisa, nanti gadis itu ilfeel padanya.

Ed_wrd
Semoga saja Acha.

Ya, ia rasa ini jawaban yang terbaik untuk mengakhiri percakapan mereka. Terus terang saja, Edward sebenarnya masih ingin berbincang dengan Acha. Membicarakan tentang hal-hal sederhana yang bisa membuat hatinya menghangat. Namun lagi-lagi, ia tak ingin gadis itu begadang hanya untuk membalas direct message darinya.

Takdir Cinta Acha ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang