Hai semua, saya double update nih. Maaf ya, karena selama ini jarang update. Semoga kalian suka.
Happy reading
*****
Acha mendongak, melihat ke arah atas lemari. Tempat dimana ia meletakkan kopernya saat datang beberapa hari lalu. Kini, ia harus mengambilnya kembali. Ia berjalan menuju sudut ruangan kamarnya, hendak mengambil kursi kecil yang dapat ia naiki untuk membantu mengambil koper. Dengan sedikit saja usaha darinya, koper besar berwarna cyan blue itu sudah berada di lantai.
Acha pun segera membersihkan permukaan kopernya dari debu yang menempel. Hah ... pikirannya sedang berkabut saat ini. Besok, dia dan kakaknya akan kembali ke Sydney, namun Fariz-kakeknya dalam keadaan kritis karena penyakit serangan jantung yang kambuh tiba-tiba tadi. Sekarang saja, di rumah hanya ada dirinya, Arka, serta Novi. Maudy dan Revan pergi ke rumah sakit untuk memberikan pertolongan lebih lanjut pada kakeknya.
Ya, sebagai putri sekaligus dokter pribadi bagi Fariz, Maudy dituntut untuk selalu siap siaga, jikalau terjadi apa-apa seperti sekarang ini. Bahkan, seingat Acha, di kamar kakeknya terdapat banyak peralatan penunjang kesehatan seperti tensimeter, infus, serta tabung oksigen dan masker oksigennya pun ada disana.
Bohong jika Acha bilang kini dirinya merasa baik-baik saja. Pasalnya, dilema yang dulu melanda ketika ditanya Fariz, kembali hadir menghantui. Dilema yang berhasil disingkirkannya dengan susah payah. Bagaimana ini?
Allah ... sungguh, aku bingung saat ini. Kakek kritis, sementara aku besok harus balik ke Sydney. Haruskah aku batalkan saja niatku ini?
Pikirannya melayang kemana-mana tak tentu arah. Membayangkan semua kemungkinan yang akan terjadi. Dari yang terbaik hingga yang paling buruk sekalipun. Ponselnya tiba-tiba berdering nyaring. Segera, Acha menaruh kain lap yang digunakannya untuk mengelap koper dan meraih ponselnya di atas ranjang. Telepon dari Maudy, ia harus cepat-cepat mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum bunda, ada apa ya? Ada kabar tentang kakek?"
Terdengar helaan napas panjang dari telepon. Apakah ada sesuatu yang buruk? Pikir Acha kemudian. "Gini nak, bunda sama ayah malam ini nggak bisa pulang dulu. Dan mungkin, besok kita nggak bisa antar kalian ke bandara, soalnya bunda harus terus memonitor kondisi kakek kamu disini. Sebenarnya, bunda udah nyuruh ayah buat pulang tapi ayah kamu nggak mau. Kami minta maaf ya sayang." Suara Maudy kian melirih.
"Nggak papa bunda. Sekarang, bunda sama ayah fokus aja buat ngerawat kakek. Acha sama Kak Arka nggak papa kok, kalau misalnya kita berangkat sendiri besok. Mungkin, sebelum berangkat kita mampir ke rumah sakit dulu. Boleh kan bunda?"
"Boleh dong sayang. Besok pagi, kakek sudah bisa dijenguk. Soalnya masa kritisnya udah lewat juga. Sekarang masih dalam masa pemulihan, jadi kamu di rumah nggak usah khawatir ya? Fokus aja sama tujuan dan cita-cita kamu. Oh iya Cha, sekarang kan udah malam. Kamu tidur gih, takutnya besok malah kesiangan. Jangan khawatir, semua baik-baik aja disini. Bunda tutup teleponnya ya. Assalamualaikum sayang."
"Iya bunda, waalaikumsalam." Setelahnya hanya terdengar suara panggilan diakhiri oleh Maudy. Setidaknya, dengan kabar baik ini, kabut di pikirannya sedikit . Ia pun meneruskan acara berkemasnya hingga selesai.
*****
Gadis itu menyeruput tehnya dengan perlahan. Sembari sesekali memainkan cangkirnya dengan mengaduk-aduk teh di dalamnya. Usai puas menikmati tehnya, ia beralih mengambil roti panggang hangat yang sudah tersaji di depannya.
Tak seperti kedua kakaknya yang memilih untuk sarapan nasi, Acha lebih memilih untuk sarapan roti saja. Ia sedang tak napsu makan. Tadi saja, Acha berniat untuk tidak sarapan. Namun, usai dibujuk oleh Arka secara habis-habisan, akhirnya Acha luluh juga. Meski, ia terlihat tidak napsu dan terkesan malas-malasan dalam memakan sarapannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta Acha ✓
Spiritual[ Sequel Maudya ] Kehidupan Acha-Arsha Indira Brawijaya yang semula tenang seketika berubah. Berawal dari pertemuan yang tak sengaja dengan Edward, seorang pemuda blasteran Indonesia-Australia, kini dunianya serasa dijungkir balikkan oleh Edward. Ac...