Chapter 20

16K 1.5K 71
                                    

🌸🌸🌸

Suara derap langkah kaki seseorang menggema memenuhi ruangan persegi ini, isakan tangis seorang bocah laki-laki di sudut kamar membuat langkah kaki itu menghampirinya.

Wanita cantik dengan daster putih yang melekat ditubuhnya tersenyum, ia menyentuh pundak putra sulungnya hingga bocah itu mengangkat wajah menatapnya.

"Alzer, kamu kenapa nangis sayang?" Tanyanya lembut sambil mengusap pipi gembul putranya yang basah karena air mata.

Alzer kecil menekuk bibirnya ke bawah, ia memeluk Bunda nya erat hingga tangisannya semakin pecah.

"A-ayah bentak Abang, Bunda." Lirihnya sesenggukan.

Air wajah Pafitri berubah, ia mengurai pelukannya dan menatap intens wajah Alzer yang sangat mirip dengan Ayahnya itu.

"Kamu dipukul sama Ayah?" Tanyanya khawatir.

Alzer kecil hanya menggeleng, ia sangat sedih dengan perlakuan Ronald kepadanya akhir-akhir ini. Dulu Ronald sangat menyayanginya dan memanjakannya, tapi sekarang Ayah kandungnya itu sering membentaknya bahkan mencambuknya dengan ikat pinggang miliknya.

"Kenapa Ayah marah sama Abang Bun? Abang cuma main bola sama Ayah, tapi Ayah malah marah-marah." Alzer mengelap wajahnya dengan tangan mungilnya, bulu mata lentik miliknya basah oleh air mata.

Pafitri terenyuh, ia juga tidak tahu dengan sikap suaminya yang semakin hari semakin kasar pada Alzer dan anak-anaknya.

Bahkan kemarin Ronald sempat mendorongnya hingga membentur tembok padahal Pafitri sedang mengandung anak ke tiga-nya.

Pafitri menggelengkan kepala ketika pikiran negatif tentang suaminya muncul diotaknya, ia menangkup pipi bulat Alzer kecil dan mengecup keningnya lama.

"Mungkin Ayah lagi capek aja, jadi Abang main sama Satria aja ya? Bunda beli robot buat kamu sama Satria lho." Ujar Pafitri membuat Alzer tersenyum senang.

Mereka berjalan menuruni tangga menuju kamar Satria yang baru berumur tiga tahun, selisih antara Alzer dan Satria hanya satu tahun. Dan kini Pafitri sedang mengandung bayi perempuan yang sebentar lagi akan lahir.

Ronald yang sedang menikmati kukis dengan teh nya di ruang tengah hanya berdecak melihat putra dan istrinya yang menatapnya.

"Apa kalian lihat-lihat? Teh ini masih panas, jadi menyingkirlah dari hadapanku sebelum aku menumpahkan teh ini diwajah kalian." Bentaknya dengan matanya yang menampilkan sorot tajam.

Alzer kecil bergidik ngeri, dia semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Pafitri.

Pafitri tersenyum menenangkan, dia kembali menuntun Alzer menuju kamar Satria.

Alzer terpekik senang melihat bocah kecil yang kepalanya belum ditumbuhi rambut itu sedang duduk diatas karpet bulu dengan dua mainan robot besar, Satria kecil yang hanya mengenakan kaos dalam dan popok bertepuk tangan melihat kedatangan Kakak dan Bundanya.

"Ini robot buat Abang, Bun?" Tanya Alzer kecil dengan senyuman yang merekah.

Pafitri mengangguk, sekali lagi menciumi pipi Alzer dan Satria yang masih saja ileran.

"Makasih Bunda, Abang sayang banget sama Bunda. Kalo ada orang yang jahatin Bunda, bilang sama Abang ya Bun? Nanti Abang pukul wajahnya sampai pingsan." Alzer dengan bangganya memamerkan otot lengannya yang masih belum terlihat.

"Alzer sayang, nggak semua masalah diselesaikan dengan berantem. Kalau bisa dengan doa, kenapa harus membuang tenaga untuk berantem? Biar Tuhan yang membalasnya." Tutur Pafitri lembut.

My Secret (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang