Chapter 33

12.8K 1.2K 110
                                    

SMK Esnus digemparkan oleh kedatangan geng motor dari sekolah lain yang berkunjung diwaktu istirahat, geng motor tersebut tidak menyerang sekolah ini melainkan memutari sekolah dan berhenti si belakang SMK Esnus.

"Mereka udah dateng, Al." celetuk Deka yang baru saja mendapat kabar dari temannya.

Alzer mengangguk, ia menghabiskan teh kotaknya dan dilempar ke arah Tero bermaksud menyuruh Tero untuk membuangkan bungkusnya.

"Sekali-kali lemparin emas kek, sampah mulu." gerutu Tero lalu memasukkan bungkus teh kotak Alzer ke tong sampah didekatnya.

"Jangan emas, Ro. Mending lemparin Arly aja, lebih wah." usul Lukman menyikut pelan perut Tero.

Alzer yang mendengarnya langsung berbalik badan dan tak segan melayangkan jitakan keras dikepala dua anak buah gesreknya itu, mengapa Alzer bisa se-khilaf itu menerima mereka berdua dulu untuk masuk ke Parezor, ya?

"Mampus!" Roy menggerakkan mulutnya tanpa suara membuat upil dan ipil semakin merasa kesal.

Tanpa mau menunggu lebih lama lagi, Alzer beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kantin diikuti oleh dayang-dayangnya. Langkah Alzer yang tegap dengan mata elang yang menatap lurus ke depan menambah nilai plus dimata kaum hawa yang melihatnya.

Dipersimpangan koridor Alzer melihat Elyara yang sedang berdiri menatapnya, gadis itu berjalan mendekat dan menatap Alzer penuh tanda tanya.

"Al mau kemana rame-rame? Hajatan?" pertanyaan polos yang keluar dari mulut Elyara mampu mengocok perut Tero dan yang lainnya, kecuali Alzer dan Roy.

"Kok hajatan, sih?" tanya Tero dengan tawanya yang belum reda.

Elyara melirik Tero yang berdiri dibelakang Alzer, "kata Satria kalo ada rame-rame itu artinya mau hajatan."

Alzer menghela napas pelan, tangan kekarnya mengusap lembut kepala Elyara, ia menyunggingkan senyum tipis dan dikecupnya kening Elyara penuh kasih sayang.

Hal itu membuat para siswi yang melihatnya berteriak histeris, terutama Lukman dan Tero yang baru saja melihat kejadian langka secara live didepan mata. Seorang Alzer tersenyum karena perempuan? Wow, mulut mereka menganga lebar sampai lebah yang melihatnya mungkin akan salah pilih sarangnya yang asli.

"Aku sama yang lain mau turun sebentar, El disini aja jangan keluar area sekolah ya, inget!" tutur Alzer dengan suara lembut persis seperti Bapak yang sedang memperingati putri kecilnya.

Elyara mengangguk lucu, "Alzer hati-hati."

Sekali lagi Alzer menyempatkan untuk mengelus pipi Elyara sebelum berlalu, gadis itu melambaikan tangannya heboh pada gerombolan anak Parezor, sedangkan anak Parezor menunduk penuh hormat pada Elyara layaknya seorang pengawal yang patuh pada majikannya.

"Alzer, ada apa ini? Jangan bilang kalian mau buat rusuh di sekolah ini lagi." Bu Yuni menghalangi perjalanan Alzer ketika sudah sampai di lantai bawah.

"Maaf, Bu. Ini lagi urgent jadi biarkan kita untuk keluar sekolah sebentar." ujar Lukman dengan wajah seriusnya.

"Gaya banget kamu ngomong urgent, pelajaran bahasa inggris aja nilainya bangku kebalik." sinis Bu Yuni.

Alzer menarik napas dalam, kali ini ia harus bisa berbicara lembut pada Bu Yuni agar Guru itu mengizinkannya untuk keluar dari area sekolah bersama yang lain. "Tas merk Dior warna lilac akan datang ke rumah Ibu sore ini, izinkan kita pergi dan tolong jangan lapor Polisi. Saya pastikan SMK Esnus dan warga didalamnya aman."

Bu Yuni terperangah mendengar apa yang dikatakan Alzer barusan, suaminya saja tidak pernah membelikan tas yang selama ini sedang ia idamkan. Sedangkan geng Parezor melongo tak percaya dengan banyaknya kata yang lolos dari bibir sang kepala suku.

My Secret (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang