Chapter 41

11K 1.2K 246
                                    

Sejak kejadian dimana Alzer bertengkar dengan Elyara dihadapan siswa-siswi sekolah, sejauh ini pula Alzer tak pernah bertukar sapa dengan Elyara. Baik Alzer maupun Elyara, tidak ada yang berniat mengibarkan bendera perdamaian.

Cowok itu hanya bisa melampiaskan kekesalannya dengan minum, bukan minuman haram yang terlintas di otak kalian, melainkan minuman fermentasi sehat yang biasa disebut dengan Yakult.

Klontang!

Tiga botol sudah dihabiskan oleh Alzer, ia melemparnya ke tong sampah dan menyesap botol ke empat. Balkon kamar di sore hari sedikit menenangkan pikiran Alzer yang sangat puyeng.

"Buset, perut lo mampu ngehabisin Yakult sendirian, Bang?" heboh Satria yang datang tanpa permisi.

Alzer menatap Satria sekilas, kemudian kembali memandangi langit yang sedikit berwarna kejinggaan.

"Lo tuangin berapa banyak lem alteko ke tenggorokan lo sih, Bang? Ngomong ABC aja gak pernah denger gue." kesal Satria, ikut duduk disamping Alzer.

"Repot lo!" Alzer memunguti minumannya, membawanya ke kamar karena adzan maghrib sudah berkumandang merdu.

Satria mengekori Alzer dengan duduk diatas ranjang, menatap Abangnya yang sibuk menggelar sajadah dan menyiapkan sarung tak lupa peci dan baju kokonya.

"Ikut sholat bareng lah, Bang. Lo jadi imam ye?" Satria sumringah, ingin mengulangi masa-masa kecilnya.

Alzer hanya mengangguk dari pada ia menolak dan berakhir akan mendengar rengekan Satria yang manja, Alzer rasanya mau muntah jika mendengar suara mirip bencong perempatan yang sudah keluar dari mulut Satria.

Cucu kedua dari keluarga Kalayoltra itu berteriak girang, mengikuti Alzer menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

"Gue pinjem baju koko sama sarung lo dong, Bang. Males mau ngambil ke kamar sendiri." Satria cengengesan.

"Ambil." ketus Alzer berdiri tanpa ekspresi menunggu Satria yang masih mengubek isi lemarinya.

Keduanya sudah siap dengan baju koko dan sarung masing-masing, ketampanannya semakin berlipat-lipat kala tetesan air dari rambut yang basah bekas air wudhu mengenai ujung hidung mancung mereka.

Alzer menyerukan komat, dia berada satu langkah di depan Satria dan segera memulai sholatnya diikuti oleh Satria yang nampak khusyuk.

Cukup 7 menit menunaikan sholat dan do'a, Satria maju untuk mencium punggung tangan Alzer namun segera ditepis oleh cowok berwajah dingin itu.

"Jangan ngadi-ngadi lo!" Alzer menjauhkan diri, meletakkan kedua tangannya didepan dada.

"Ya elah, lo kira gue cowok apaan? Kita dulu juga biasanya gitu kalo habis selesai sholat." Satria geleng-geleng kepala.

Alzer mendengus, bukannya dia tak mau mengulang kebersamaan waktu kecil, namun air matanya itu akan sangat peka jika mengulang kembali, cairan itu akan lolos begitu saja tanpa bisa Alzer cegah, dan Alzer malu jika menangis dihadapan Satria.

Ronald yang menyaksikan interaksi kedua putranya dari celah pintu kamar Alzer yang terbuka tersenyum haru, ia mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk lebih dalam ke kamar Alzer yang wanginya beuh... gak ada lawan.

"Abang." panggilnya pada Alzer ketika ia duduk di ranjang milik Alzer, melambaikan tangan agar Alzer mendekatinya.

Entah si sulung mendapat hidayah dari mana sehingga ia menuruti permintaan Ronald, Alzer bersimpuh di lantai, mendongak menanti kalimat yang akan dilontarkan Ayah nya.

"Kalo Abang sedih, keluarin air matanya ya jangan ditahan. Hampir dua minggu kamu gak makan nasi, kamu cuma minum Yakult tiap hari, emang minuman itu baik buat kesehatan tapi, sesuatu yang berlebihan itu gak baik kan? Apalagi kamu gak makan nasi sama sekali." tutur Ronald sambil mengusap rambut Alzer yang sudah tak tertutup peci.

My Secret (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang