Chapter 29

13.7K 1.4K 94
                                    

Mereka pikir aku bahagia diatas penderitaan orang lain, padahal aku lebih menderita diatas penderitaannya.

Alzer Den Kalayoltra.
________

Jakarta📌

Satria menundukkan kepalanya dalam, merasa takut dengan tatapan elang si Abang yang sebentar lagi sudah dipastikan akan menendang bokongnya.

"Ternyata surat undangan buat jalan-jalan ke luar kota itu dari lo, bukan dari Elyara?" tanya Alzer dengan suara rendah, ia belum bisa berteriak atau lebam diwajahnya akan berdenyut.

Satria mengangguk membuat Alzer membuang napas kasar.

"Arly yang nyaranin, Bang." cicit Satria.

Arly yang duduk bersebrangan dengan Satria melotot, "kok jadi gue, sih?"

"Emang elo kan yang mau ngedeketin Bang Jer sama Elyara?" todong Satria menatap Arly nyalang.

"Ya tapi kan masalah bikin surat undangan bukan ide gue!"

"Tapi kan lo Ly yang nyaranin buat mereka pergi jalan-jalan berdua ke luar kota biar gak digangguin sama Ayah, sekalian buat mereka PDKT."

"Diam!" Alzer melereai. Detik selanjutnya ia meringis sakit merasakan wajahnya seakan mau copot.

"Lo gak papa, Bang?" panik Satria melihat wajah Alzer semakin memerah.

"Gak usah pegang-pegang, geli!" Alzer menyentak tangan Satria dan menendang pelan bokong adiknya itu agar sedikit menjauh.

"Kalian keterlaluan, gue malu udah berharap besar yang ngajak jalan-jalan itu Elyara sendiri. Gue tau masalah ini karena Elyara juga cerita dia dapet surat yang sama kayak gue." Alzer mulai mengeluarkan unek-uneknya.

"Akibat ulah bodoh kalian ini, gue kena copet dan babak belur kayak gini!" lanjutnya menggeram marah.

"Maaf, Bang." ucap Satria dan Arly bebarengan.

"Tolol!" cibir Alzer yang membuat kedua adiknya mencebikkan bibir.

"Gue hukum kalian! Pergi ke Cafe sekarang, urus masalah disana! Lo Satria, hitung pemasukan hari ini sama kemarin." putus si sulung.

"Jangan dong Bang, gue gak bisa hitung-menghitung." Satria memelas.

Arly yang sudah gemetar takut Alzer bertambah marah langsung saja menarik Satria keluar kamar dan segera melesat menjalankan hukuman si Abang.

Setelah kepergian dua adik laknatnya, Alzer memutuskan untuk pergi ke suatu tempat. Baru lima langkah keluar dari kamar, ia sudah ditahan oleh suara bariton yang sedang duduk didepan televisi.

"Mau kemana kamu? Nanti malam kamu mau tunangan, jangan keluyuran terus!"

Alzer menggerakkan matanya malas, "sebentar aja, oke?"

Tanpa menunggu persetujuan Ronald, cowok itu melengos pergi mengabaikan teguran sang Ayah. Seakan takut dikejar hantu, Alzer melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh.

Beruntung ia sampai di tempat tujuan dengan selamat, kedatangannya di tempat itu disambut penuh kehangatan oleh sekumpulan manusia yang ada disana.

My Secret (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang