Chapter 14

17.4K 1.8K 74
                                    

"ANJIR SERIUSAN?"

"Bangsat."

Lukman menempeleng kepala Tero karena cowok itu berteriak tepat ditelinganya.

"Lo sarapan pake toa apa gimana, sih?" Kesalnya memandang Tero sengit.

"Ya maap lagian gue kaget anjir, ternyata Elyara bukan sepupunya si Alzer." Cetus Tero, tangannya mengusap kepalanya bekas tempelengan dari Lukman.

"Alay." Cibir Alzer.

Alzer memberi tahu anak gang motornya bahwa Elyara bukanlah sepupu atau keluarganya, ia juga memberi tahu bahwa dirinya telah mengusir Elyara dari rumahnya.

"Kenapa lo usir dia?" Tanya Deka.

Alzer mengangkat bahunya.

"Lo cemburu, si El deket sama Fero?"

Pertanyaan Tero membuat Alzer melototkan matanya, teman-teman yang lainnya pun menanti Alzer membuka mulutnya.

"Gak!" Sahut Alzer membuat semuanya mendesah kecewa.

"Ya udah, biar gue yang deketin Elyara." Celetuk Lukman senyum-senyum sendiri.

Entah mengapa Alzer tidak suka mendengarnya.

"Terserah, kalo lo bisa!" Setelah mengatakan itu, Alzer melajukan motornya meninggalkan basecamp.

Arly pasti akan mengomel karena dia baru pulang sekolah di jam tujuh malam seperti ini.

***

Sweater tebal berwarna peach itu seakan tak mampu melindungi kulitnya dari tamparan angin laut malam. Namun bibirnya melengkungkan senyum mengingat sekarang ia telah hidup mandiri tanpa merepotkan orang lain.

Duduk diatas kursi rotan yang tersedia didepan kastil tempat ia singgah, memandang laut lepas yang terbentang dihadapannya.

Rambut yang ia kuncir kuda ikut bergoyang seiring tiupan angin yang menerpa, Elyara bergidik ketika lehernya terkena hembusan angin dingin ini.
Elyara menyukai dingin, namun itu dapat menyebabkan sakit bukan? Dingin yang berlebihan itu tidak baik untuk tubuhnya dan hatinya.

"Mereka lagi ngapain, ya?" Gumamnya terdengar sendu.

Tentu 'mereka' yang dikatakan Elyara adalah tiga kakak beradik yang rumahnya sempat ia tumpangi beberapa pekan yang lalu.

Elyara menempati kastil yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil didekat laut, ia sengaja memilih tempat tinggal didekat laut agar memudahkan aktifitasnya jika ia ingin pulang ke laut atau sekedar mencari kerang untuk dimakan.

"Sebenarnya Alzer tuh marah sama gue gara-gara apa sih? Sampai tega dia ngusir gue kayak gini. Gimana coba kalo gue diculik? Kata Ibu kan gue ini anak cantik." Elyara bermonolog.

Sampai saat ini Elyara tidak bisa mendeskripsikan tentang Alzer, sifatnya yang berubah-ubah membuatnya sulit untuk masuk dalam hidup cowok itu yang berusaha ditutup rapat.

Setelah mengusir Elyara dan mendiamkan cewek itu, kenapa dia rela berjongkok dan membenarkan ikat tali sepatu Elyara yang lepas tadi di kantin?

Ah! Alzer terlalu misterius. Kan Elyara jadi suka.

"Alzer tuh selalu aja bikin gue penasaran, kan gue jadi ekhem sama dia." Ujarnya terkikik geli.

"Udah kayak ngehafalin rumus fisika aja, sulit difahami tapi bikin tertarik." Lanjutnya dengan menyeruput kopi didalam cup yang sedari tadi ia genggam.

Sudut bibirnya tertarik ke atas, buru-buru ia menghabiskan kopinya dan mengunci pintu kastil.
Sedikit merapikan tatanan rambutnya, kemudian berlalu dari situ.

My Secret (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang