Chapter 45

10.8K 1.2K 84
                                    

Putar mulmed pas scene kedua ya! Asli ngena🤤




Acara camping di tepi pantai telah usai, kini semua kembali ke aktivitasnya masing-masing. Terutama sekolah, apalagi Alzer dan Elyara hendak memasuki ujian sekolah.

Walaupun terkadang gang Parezor dan Gaksa masih sedikit enggan berbaur, tapi kedua gang motor itu sudah melakukan perdamaian. Peringatan keras yang sudah Alzer tekankan pada Choki diterima dengan baik, kini hubungan Elyara dan Choki hanyalah sebatas menjadi orang tua Ayala tanpa adanya pernikahan. Toh panggilan 'Mama' dari Ayala tercetus begitu saja.

Pelajaran sedang dimulai di kelas Alzer, semuanya memperhatikan guru dengan seksama kecuali Tero yang asyik mengunyah permen karetnya dan sesekali meniupnya hingga menghasilkan gelembung permen karet.

"Kalian dengerin Ibu gak sih?" tegur Bu Tiara sambil berkacak pinggang.

"Dengerin lah, kan Ibu nya cantik jadi mata saya gak sepet." balas Lukman cengengesan yang disoraki beberapa teman kelasnya.

"Semuanya pada diam taunya lagi ngehalu, bukan dengerin penjelasan Ibu." kata Bu Tiara.

"Iya, ngehaluin Ibu." ceplos Tero yang membuat Bu Tiara hanya bisa mengelus dada sabar.

Alzer memutar bola matanya malas melihat tingkah laku teman-temannya itu, apalagi si Tero yang katanya cinta mati pada Arly, tapi cowok itu berani menggoda Bu Tiara padahal ada Alzer di sampingnya.

"Mau ke mana, Al?" tanya Tero ketika Alzer berdiri.

"Gali kuburan buat lo." ketus Alzer yang kemudian berlalu meninggalkan Tero yang sedang ketar-ketir atas ucapannya.

Bu Tiara kembali menulis di white board, Alzer menyuruh teman sebangku Elyara agar duduk bersama Tero sedangkan Alzer duduk bersama Elyara. Tentu saja gadis itu langsung menurut kalau tidak ingin mendengar cibiran pedas dari Alzer.

Cowok itu mengukir senyum tipis melihat Elyara tertidur dengan bibir yang sedikit terbuka, pelan-pelan Alzer mengangkat kepala Elyara yang berada di atas meja kemudian dia menyelusupkan tangannya sehingga kini kepala Elyara berbantal lengan Alzer.

Walaupun wajahnya udah terukir diingatan gue, tetep aja gue selalu ingin lihat wajahnya dan gak akan pernah bosen. gumam Alzer dalam hati.

Sebelah tangan Alzer menutupi kepala Elyara menggunakan buku yang dibuka lebar sehingga Bu Tiara tidak melihatnya, beruntung tempat duduk Elyara berada di barisan pojok paling belakang.

"Bucin lo, Al!" cibir Lukman pelan yang masih didengar Alzer.

"Iri? Bilang babu!" sahut Alzer tak kalah pedas.

Lukman menelan ludahnya kasar, memang salah dia mencibir pada sang raja mulut pedas, Lukman kalah telak.

Walaupun sedang kesusahan seperti ini dan tangannya mulai terasa pegal karena kepala Elyara, Alzer tetap memperhatikan materi yang diberikan Bu Tiara, Alzer tak menulisnya, hanya merekam semuanya pada memori otaknya yang kapasitasnya melebihi otak kecil Tero tentu saja beda jauh.

Merasa udara semakin panas, hal itu mengganggu tidur Elyara. Perlahan kelopak indahnya mulai terbuka memamerkan iris coklat nan bening, Elyara mengerjap pelan, baru saja bangun dari tidurnya, ia sudah bermimpi lagi bertemu pangeran. Tunggu dulu! Ini bukan mimpi, pangeran itu adalah Alzer nya.

"Al--."

"Ssstt." mendengar suara serak dari Elyara, Alzer segera membungkam mulut Elyara menggunakan tangannya.

"Jangan berisik sayang, nanti Bu Tiara denger." bisik Alzer lembut kemudian menjauhkan tangannya dari bibir gadis itu.

Elyara memanggut paham, dia mengangkat kepala kemudian memijat pelan tengkuknya yang terasa pegal. Mata Elyara membulat melihat tangan Alzer yang memerah, Elyara baru sadar bahwa dia tidur dengan berbantal tangan milik cowok itu.

My Secret (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang