▪ Bidadari Moodboster

367 39 2
                                    

[Happy Reading]

"Kita mulai dari mana Ustadz?" tanya Aisha. Mereka bertiga sedang duduk manis. Kecuali Rayhan yang sedaritadi tidak berhenti memandangi wajah Aisha.

"Bisa sholat, Ray?" Syauqi bertanya langsung pada Rayhan. Ia kesal karena pertanyaannya tidak digubris dan Rayhan masih saja memandangi Aisha.

Syauqi menepuk bahu Rayhan yang membuat si empu tersadar. Ia mengerjapkan matanya. "Hah? Ada apaan?"

"Tanyakan saja pada Aisha tadi saya bertanya apa?!" Syauqi lalu berdiri dan memilih mengawasi mereka dari luar.

"Dih ambekkan!" sindir Rayhan.

"Dek, saya izin mengawasi dari luar ya? Kalau ada apa-apa langsung panggil aja." Aisha membalasnya dengan mengangguk. Ia gugup karena tinggal dirinya dan Rayhan berdua di pendopo. Meskipun gerak-gerik mereka dapat terlihat dengan jelas karena pendopo ini ruangnya terbuka. Tidak memiliki dinding.

"Dak, dek, dak, dek. Lo kira Aisha adek lo!" Rayhan mencibir tanpa sepengetahuan Syauqi. Telinganya salah dengar kan kalau Syauqi barusan memanggil Aisha dengan sebutan 'Dek'? Tidak bisa dibiarkan.

"Ustadzah Aisha!" panggil Rayhan.

Aisha mengigit bibir bawahnya. Merasa aneh dengan sebutan tersebut. Bukannya menolak. Dirinya bahkan masih sangat jauh untuk bisa dikatakan ustadzah. Ia sendiri pun meminta para santriwati untuk memanggilnya kakak saja.

"Panggil nama aja. Dan anggap Aisha sebagai partner hijrah kamu. Aisha akan membantu," balas Aisha dari sebrang meja. Ia sengaja mengenakan meja. Untuk menjadikannya sebagai pembatas.

Hati Rayhan menghangat mendengarnya. Bidadarinya ini sungguh sangat rendah hati. Rayhan tersenyum simpul. "Sha, lo masih inget gua?"

Dahi Aisha berkerut. Kemudian ia mengangguk. Dirinya masih mengingat jelas wajah Rayhan setelah tubrukan yang tak disengaja dan saat ia jatuh dari motor.

"Masih. Tapi saya lupa nama akhi siapa," jawab Aisha dengan malu-malu.

"Yaudah kita kenalan lagi aja!" Rayhan mengulurkan tangannya dengan semangat.

"Afwan, kita bukan mahram."

"Yaudah kita cepet-cepet halal aja yuk," goda Rayhan.

"Masih ada saya di sini. Jangan goda-goda dek Aisha seperti itu! Dia tidak suka," timpal Syauqi dari luar.

Rayhan mendengus. "Iri mah bilang aja bos."

Rayhan lantas menarik kembali tangannya dengan kikuk dan melupakan Syauqi. "Gua Rayhan. Nama gua jangan lupa buat ditaro diingetan lo! Biar gak lupa lagi." Aisha mengangguk.

Asing? Tentu saja itulah yang saat ini sedang Aisha dan Rayhan rasakan. Aisha yang bingung ingin mengungkapkan kata apa lagi, dan Rayhan yang merasa ragu untuk melanjutkan obrolan. Dari tadi respon Aisha sangat singkat, jelas, dan padat. Alhasil setiap candaan Rayhan malah terdengar garing.

Syauqi menatap garang dari luar pendopo. "Ekhem ... Dek Aisha? Apakah bisa langsung lanjut ke bimbingan?"

Aisha menoleh dan mematuhinya. "Siap Ustadz."

Rayhan memelototkan matanya pada Syauqi. Ia mengepalkan jarinya seperti ingin menonjok kemudian membawanya di depan mulutnya. Lalu mengeluarkan hawa napasnya yang terasa panas dengan menggebu-gebu.

"Rayhan?" Rayhan langsung menoleh dan menatap Aisha dengan lembut. Amarahnya pada Syauqi tadi tiba-tiba saja hilang setelah memandang Aisha.

"Tau tata cara sholat?" tanya Aisha to the point.

Hii! Aisha [Hijrah Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang