Siapa yang nungguin? Hayoo ngaku :D
Ramaikan dengan vote dan coment gaiss"Maaf, untuk saat ini Aisha belum bisa menerima khitbahan dari Ustadz Syauqi," putus Aisha.
Terpampang jelas raut kekecewaan di wajah Syauqi dan Irma mendengar itu. Danisa dan Malik nampak berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya. Mereka memaklumi keputusan anak gadisnya itu, karena ini terjadi terlalu mendadak.
Rayhan langsung mengangkat wajahnya dan menatap Aisha dengan tatapan yang sulit diartikan. Aisha sengaja tidak mau melihat ke sekelilingnya. Gadis itu menelan ludahnya pahit, ini hal yang paling ia hindari. Ia tidak ingin menyakiti hati siapapun, tapi semua pasti ada risikonya. Dan ia harus berani mengambil keputusan.
"Kalau boleh ummah tau, kenapa Nak? Padahal Syauqi ini tertarik kepada Aisha sudah dari lama lohh." tanya Irma sembari bercanda.
"Ummah, biarkan nak Aisha menyelesaikan pembicaraannya dahulu," tegur Faisal sebelum Aisha membalas pertanyaan Irma.
Aisha menatap hangat Irma kemudian bertutur lembut padanya, "Ummah, belum bisa menerima bukan berarti Aisha menolak ustadz Syauqi. Ini terlalu cepat bagi Aisha untuk menentukan keputusan yang nantinya akan Aisha jalani selama seumur hidup. Aisha belum mengenal jauh bagaimana sosok ustadz Syauqi. Aisha tidak ingin membangun ikatan tanpa adanya cinta. Jadi, Aisha rasa untuk saat ini kami lebih baik berta'aruf dahulu, agar dapat saling mengenal dan cocok satu sama lain. Beri Aisha waktu selama satu bulan sebelum menetapkan hal itu, Mah."
Irma menoleh berat kepada Syauqi beserta suaminya. Bagaimanakah kelanjutannya? Melalui isyarat mata yang Irma sampaikan, Faisal dan Syauqi menjawabnya dengan sebuah anggukan. Anggukan yang sebenarnya tidak rela Syauqi berikan. Namun pesan abahnya ketika di rumah tadi masih sangat melekat di benaknya. Ikhlas dan sabar bagaimanapun hasilnya.
"Baiklah, Nak. Kalau itu mau nak Aisha, saya dan keluarga terlebih Syauqi, menyetujui permintaan nak, Aisha," putus Faisal.
"Alhamdulillah." Aisha menghela nafas lega. Ia menoleh kepada uminya, pasti saat ini wanita tersayangnya itu sedang kecewa dengannya. Kemudian Aisha memeluk erat Danisa. "Umi ... maafkan Aisha sudah membuat Umi dan Abi kecewa," cicitnya.
Danisa membalas pelukan itu. Ia mengelus lembut punggung putri semata wayangnya. "Tidak apa-apa, Sayang. Umi dan Abi setuju dengan apa yang kamu putuskan selagi itu yang terbaik untuk kamu."
Aisha mengendurkan pelukannya. Ia menatap haru uminya. Sungguh Aisha merasa sangat beruntung diberi oleh Allah orang tua yang sayang dan pengertian terhadapnya.
"Terima kasih, Umi." Danisa mengangguk bersama senyum teduhnya.
Aisha mencuri pandang ke arah Rayhan. Penasaran dengan reaksinya mendengar jawabannya barusan. Aisha tidak gegabah, ia sudah memikirkan matang-matang keputusannya tadi. Ia tidak bisa menerima laki-laki yang belum ia cintai. Dan cukup! Aisha sudah tidak bisa lagi membohongi hatinya sendiri, hati itu kini mulai terisi dengan adanya kehadiran Rayhan.
Perlahan tapi pasti, Rayhan berhasil menelusup dan mencuri sebagian isi hatinya Aisha. Gadis itu yakin, kalau ini benar-benar perasaan cinta. Mungkin memang terlalu cepat, tapi hati mana yang bisa menolak hati seseorang yang sudah membuatnya nyaman selama ini.
Ia tidak berniat untuk mempermainkan dua keluarga itu. Ia sengaja memberi kesempatan kepada Syauqi dan Rayhan untuk memperjuangkannya. Siapa yang dapat bertahan sampai akhir, itulah yang akan menjadi pilihan hatinya.
Tidak ada yang bisa menghindar dari rasa cinta sekalipun ia sebaik-baiknya orang. Cinta adalah fitrah yang Allah berikan di setiap hati manusia. Sisanya tinggal bagaimana cara kita bersikap atas rasa cinta itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...