"RAY!!"
Seseorang menepuk kencang punggung Rayhan yang membuat si empunya terkaget.
"Ckck... untung gua ga punya riyawat jantung." Rayhan mengelus-ngelus dada mencoba menteralkan degup jantungnya. Ia masih belum merespon.
Mengingat kembali dengan apa yang barusan terjadi membuat tubuhnya menegang dan mulai berkeringat panas dingin. Mengapa ada yang mengenali dirinya di sini? padahal ini adalah pertama kalinya ia menginjakkan kaki di gedung fakultas kedokteran.
PUK'PUK
Seseorang itu masih saja meneruskan aktivitasnya karena tak kunjung mendapat respon dari Rayhan.
Kesal. Rayhan lantas memutarkan tubuhnya. Wajahnya berubah pias begitu melihat seseorang yang berada di depannya.
"Lo, ngapain ke sini?" cicitnya. Ia mengecilkan suaranya agar tak mengundang perhatian orang. Karena memang tempatnya bukan di fakultas kedokteran.
Rayhan menarik kerah baju Leo dari belakang dan menyeretnya menuju tempat yang tidak terlalu ramai. Ia mengisyaratkan kepada Leo untuk tidak membuka suaranya sebelum dirinya mengintruksi.
"Lo sendiri ngapain di sini? Mau ngepel apa pindah jurusan?" tanya Leo ketika Rayhan sudah melepaskan tarikannya.
Ya. Leo lah orangnya yang menepuk punggung Rayhan. Dasar teman tidak tahu diri. Bikin kaget orang saja.
"Ngapel, woy!! ngapain juga gua ngepelin lantai fakultas. Encok, Bro." Rayhan mencoba untuk mengalihkan pembicaraan.
"Ah, bohong kali? bener, kan, lo bohong?"
"Gua ga bohong Lontong!"
Leo mendesis tajam,
"jangan samain gua kaya lemper!"Rayhan tak menanggapi perkataan temannya.
Leo menaikkan sebelah alisnya ketika menyadari Rayhan sepertinya sedang gelisah. Raut wajahnya tidak tenang seperti orang yang akan kehilangan harta karun. Tumben-tumbenan sekali.
Sedari tadi Rayhan tak henti-hentinya mengarahkan pandangannya ke arah pintu keluar-masuk gedung fakultas. Apa yang sebenarnya dia cari?
Leo mengikuti arah pandangannya Rayhan. Tetapi kosong, tidak ada siapapun yang berada di dekat pintu masuk.
Leo menjentikan jarinya di depan wajah Rayhan.
"Woy! lo kesambet setan apa kemarin di sel tahanan, hah?Rayhan terkesiap lantas menggelengkan kepalanya. Ia merutuki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ketiga wanita tadi tiba-tiba saja menghilang dari pandangannya. Kemana perginya mereka? Dan bagaimana dengan pria yang menghampiri Aisha? Rayhan tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.
Dirinya harus segera mengejar Aisha. Ia tidak ingin kehilangan jejaknya, mungkin saja mereka masih berada di sekitar sini.
"Eh, eh... mau kemana?" Leo menghalau jalannya Rayhan.
"Minggir," pinta Rayhan datar ketika akses jalannya ditutupi oleh Leo.
"Anak-anak ngajak ngumpul, mereka berulang kali ngehubungin lo tapi ga lo angkat."
"Gua ga bisa, ada urusan mendadak. Gua mohon ... biarin gua pergi!"
Rayhan menahan rasa sabarnya. Bagaimana pun juga orang yang berada di depannya ini adalah sahabatnya sendiri.
"Ray, hargain anak-anak yang udah nunggu lo daritadi."
Leo berusaha untuk merayu Rayhan. Sungguh, ia dan teman-temannya sangat berharap untuk Rayhan datang dan dapat berkumpul kembali dengan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...