Hallo para readers tersayang, adakah yang masih nungguin update cerita ini? Maafin ya aku hiatusnya terlalu lama
Semoga cerita ini masih jadi favoritnya kalian
🌵Selamat membaca🌵Rayhan berniat mendatangi kamar tamu tempat temannya berada. Mengenakan pakaian sholatnya lengkap ingin mengajak anak Warfamz sholat berjamaah. Sebab pahala dari sholat berjamaah lebih banyak dibandingkan sholat sendirian, jadilah dia memanfaatkan momen ini untuk menunaikannya.
Pintu kamar dibuka dari luar, penampakan pertama yang Rayhan lihat adalah Rio yang sedang duduk sembari termenung. Sedangkan Leo dan Kenno masih terlelap dalam mimpinya. Rio baru menyadari kedatangan Rayhan saat pintu sengaja ditutup kencang oleh cowok itu.
"Udah bangun daritadi, Yo?"
Rio mengangguk singkat bersama senyum tipisnya. Rasanya canggung, biasanya ia dan Rayhan selalu cair di setiap waktunya, namun sekarang berbeda setelah mereka berhasil menemukannya di kelab malam. Terdapat rasa penyesalan di hati Rio saat ini.
"Ray, gua minta maaf ---"
"Minta maaf sama diri dan tuhan lo, bukan ke gua, gua juga manusia yang kadang suka khilaf," ucap Rayhan memotong perkataan Rio.
Rio mengurut keningnya masih terasa pusing akibat efek semalam. Astaga, berapa banyak botol minuman yang sudah ia tenggak? Sampai-sampai pusing di kepalanya tidak kunjung pergi juga.
"Lain kali pikir-pikir kalau mau berbuat sesuatu. Yang gak baik emang enak pas di awal, tapi bakal berujung kerugian. Udah fisik lo tersiksa eh malah nambah dosa. Dosa yang kemarin aja belum tentu udah diampunin sama Allah kan?" sindir Rayhan. Berharap Rio dapat mengambil pesan tersirat di balik ucapannya.
"Ada gua, Leo, sama Kenno, kenapa gak lo jadiin tempat bercerita? Minum gak akan pernah bisa ngasih lo solusi, lo cuma nambah dosa Yo, waktu lo juga terbuang sia-sia." Sangat tenang Rayhan bertutur, tidak sedikitpun menghardik Rio.
"Lo bener, Ray, pikiran gua malah tambah runyam setelah minum. Dan makin dihantui sama bayangan semu seseorang."
Tiba-tiba Rayhan teringat sesuatu kala mendengar kalimat terakhir Rio. Ia makin yakin kalau Rio tahu tentang banyak hal, terutama pada kematian adiknya Daffa. Entah mengapa cowok itu malah sengaja menyembunyikannya dari dia.
"Maksud lo seseorang itu adalah Maurine?"
Mendadak Rio membeku, diam-diam meng-iyakan pertanyaan Rayhan di dalam hati. Bagaimana Rayhan dapat menebaknya secara tepat? Padahal ia tidak pernah berterus-terang pada siapapun mengenai Maurine. Tak ada satupun yang tahu tentang perasaannya pada cewek itu, bahkan Daffa sekalipun.
"Bener apa yang gua bilang barusan? Lo sempet nyebut nama Maurine pas mabuk semalem. Apa yang lo sembunyiin dari gua? Gua gak akan sampe ngebunuh lo walau kenyataan itu pahit."
"Eng--enggak, bukan Maurine. Pokoknya ada seseorang, bukan Maurine, lo gak perlu tahu tentang itu."
Rio langsung beranjak dan melangkah menuju kamar mandi. Ia bingung akan menjawab apa pada setiap pertanyaannya Rayhan. Ia hanya belum siap membagi kisah masa lalunya pada orang lain. Sebab hatinya belum benar-benar terima dengan kematian Maurine.
Ia juga tidak pernah tahu perihal siapa penyebab kematian perempuan tersayangnya, yang ia yakini bukanlah Rayhan orangnya. Hati Rayhan terlalu baik untuk melakukan hal bejat seperti pembunuhan. Meski kadang Rayhan menutupinya dengan sikap yang bar-bar dan tengil. Ia berjanji akan mengusut masalah ini sampai selesai, membuktikan jika Rayhan sama sekali tidak ada sangkut pautnya dalam masalah ini.
"Kenapa lo justru banyak berubah setelah tragedi Daffa naro teror bom di kantor gua? Ini ada hubungannya sama Maurine. Dan lo salah satu satu orang yang kenal sama cewek itu. Lo pasti tau kisah-kisah sebelumnya, Yo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...