💐~Jadilah seorang wanita muslimah shalihah. Yang bahkan bidadari syurga pun cemburu atas keshalihannya~💐[Happy Reading]
☆☆☆Rayhan menautkan kedua alisnya. Dalam hati ia bertanya-tanya. Saudaranya? Dia tidak merasa seperti itu.
"Wa'alaikumsalam," sindir Rayhan dengan nada sinisnya.
Ustadz Syauqi lantas menegakkan tubuhnya. "Assalamu'alaikum."
Yang menegurnya barusan ialah ustadz Syauqi, anak dari pamannya.
"Saudara? Gua aja baru kenal sama Lo. Main ngaku-ngaku aja," balas Rayhan dengan mimik tengilnya.
Syauqi geram. Ia bertanya baik-baik tetapi malah mendapatkan jawaban yang tidak mengenakan hati. Membuat dirinya menjadi kesal saja. "Astaghfirullah," batinnya.
"Nak, Rayhan! Sini atuh masuk," panggil bibinya Rayhan.
Rayhan terkesiap. Ia mengalihkan pandangannya dari Ustadz Syauqi dan menatap orang-orang yang berada di dalam ruang tamu.
"Yah, Bun, Paman, Bibi, Semuanya, Abi mau izin muterin pondok pesantren, ya, biar bisa cepat beradaptasi," izinnya pada ke-empat orang tua itu.
"Eh ... maksud Abi mau keliling. Kalau muter doang nanti pusing," koreksinya kembali.
Baru satu langkah kakinya melangkah. Bahkan belum mencapai garis pintu. Tetapi perkataan ayahnya mengintrupsi dirinya untuk berhenti.
"Kamu belum salim dengan Paman dan Bibi, Yang sopan dong, Bi!" tukas Ayahnya Rayhan. Ia memelototkan matanya pada anaknya itu.
Rayhan memang batu, susah sekali untuk diatur.
"Nanti aku balik lagi, kok, Yah. Abi pamit, samlikum," pamit Rayhan dan langsung pergi begitu saja.
Ia melewati Ustadz Syauqi tanpa sedikit pun menghiraukan keberadaannya.
"Ya Allah. Tuh, anak gak ada sopan santunnya pisan," ucap Cakra sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Tidak apa-apa, kami tau bahwa keponakan kami aslinya adalah anak yang baik. Hanya saja waktu yang akan menjawab semuanya." Perkataan Faisal barusan sedikit mengurangi rasa risaunya Cakra terhadap anaknya.
Memang Rayhan adalah tipe orang yang paling tidak suka dengan orang baru yang berusaha sok kenal dengan dirinya.
Ia sendiri tidak suka dengan gerak-gerik saudaranya yang umurnya tidak berbeda jauh dengan dirinya. Mana ada seorang ustadz yang menyapa seseorang tanpa mengucapkan salam terlebih dahulu. Sepertinya gelar 'USTADZ' pada saudaranya itu perlu ditanyakan lagi.
"Rayhan!! Mau ke mana?" panggil ustadz Syauqi. Sedaritadi ia mengikuti langkah Rayhan yang baru saja sampai di pekarangan rumahnya.
Rayhan memberhentikan langkahnya. Tetap pada posisinya dan tidak menoleh.
"Hhmm?"
"Maaf ... alangkah lebih baiknya menghadapkan diri pada orang yang sedang berbicara denganmu," tegur ustadz Syauqi.
"Kenapa emangnya?"
"Saya hanya ingin tahu kamu ingin pergi ke mana. Siapa tau kamu butuh penunjuk jalan," tutur ustadz Syauqi dengan suara rendah.
Rayhan berdecak dan membalikkan tubuhnya dengan malas, "Ck ... bisa gak, sih, Lo gak usah KEPO sama urusan orang? Gak mungkin juga kalo gua sampe ngobrak-ngabrik pondok pesantren punya paman!"
Amarahnya tersulut. Kali ini Rayhan harus bisa menahannya. Jangan sampai emosinya itu pecah dan mengundang banyak orang untuk melihatnya.
"Sabar, Rayhan!! Sekarang lo lagi di kandang orang, bukan di tempat sendiri," ucapnya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...