▪ Dua Garis Merah??

558 35 1
                                    

Jangan lupa follow akun aku dulu ya supaya kalian bisa dapet notifikasi terus dari aku

"Sha, udah lo istirahat aja, biar gantian sama kita buat jagain Rayhan," tawar Rio pada Aisha yang saat ini masih setia duduk di samping brankar Rayhan meski suaminya itu belum sadar juga sampai sekarang.

"Iya, beneran kita gapapa jagain Rayhan. Demi Allah gua ikhlas buat jagain sahabat gua sampe dia bangun, Sha," ucap Leo ikut diangguki oleh Kenno.

"Besok lo ada shift pagi, jadi sekarang harus udah istirahat biar besok badan lo bisa fit. Rayhan juga pasti bakal marah sama kita karena ngebiarin lo begadang gini," bujuk Rio lagi.

Aisha masih bergeming menatap sendu suaminya yang terbujur lemah di atas ranjang rumah sakit dengan bantuan alat pernapasan serta jarum infus yang menancap di tangan. Sudah lima jam berlalu namun suaminya belum memunculkan tanda-tanda akan bangun.

"Kakak lagi mimpi apa di sana? Kok tidurnya lama banget, pasti ketemu sama bidadari baru ya," ucap lirih Aisha sembari mengusap punggung tangan Rayhan yang bebas dari jarum infusan.

"Cepat bangun kak, jangan tinggalin Aisha, Aisha belum siap." Suara Aisha sudah serak karena tadi terlalu banyak menangis.

Tadi begitu pihak keluarga diberi kabar buruk tentang Rayhan mereka semua langsung mendatangi rumah sakit tempat Rayhan dirawat. Mereka sangat shock saat baru pertama kali melihat keadaan Rayhan yang babak belur di mana-mana. Terlebih bunda Arina memberi respon cukup histers melihat anaknya selemah itu.

Bunda Arina, umi Danisa, dan abi Malik niatnya ingin menemani Rayhan sampai dia tersadar, namun sudah menunggu cukup lama dia tak sadar-sadar juga. Anak Warfamz jadi tidak tega dengan ketiga orang tua itu. Akhirnya mereka menawarkan diri untuk menjaga Rayhan secara bergantian sampai dia bangun. Mereka pun menyetujui walau berat, terlebih untuk bunda Arina. Ia terpuruk karena saat ini suaminya juga sedang ada urusan bisnis di luar kota yang tidak bisa ditinggal meski sebentar, jadi tidak bisa menengok Abidzar-nya.

Resti sendiri belum lama pamit karena ia mendapat shift malam hari ini. Jadi hanya tinggal Aisha, Rio, Leo, dan Kenno saja di dalam ruang VIP itu. Tak lama pintu dibuka dari luar, Idhgar datang dengan sebuah plastik berisi makanan di tangannya. Itu untuk Aisha, umi memberinya pesan agar membelikan makanan untuk Aisha nanti.

"Assalamu'alaikum," salamnya dijawab berbarengan oleh anak Warfamz sedang Aisha masih belum tersadar.

"Wa'alaikumsalam." Rio, Leo, dan Kenno yang sedang duduk di sofa lantas menegakkan tubuhnya dan saling berpandangan. Mereka baru melihat orang itu.

"Gua kakak sepupunya Aisha, Idhgar," cetus Idhgar saat tiga orang itu bingung dengan kedatangannya. Ia pun dipersilakan masuk oleh Rio, bungkus makanan itu ia letakkan di atas meja kemudian berjalan menuju Aisha.

"Dek." Idhgar menyentuh pundak Aisha membuat Aisha terhenyak. Mengetahui yang datang adalah kakk sepupunya Aisha pun mencium punggung tangan laki-laki itu. Setelah itu Aisha kembali diam tak banyak bicara.

"Kakak tau suami kamu itu kuat. Dia pasti bisa ngelewatin ini semua. Apalagi kalo inget dia natap Kakak waktu itu. Serem banget karena takut kamu diambil sama laki-laki lain," ujar Idhgar menghibur Aisha.

"Kamu udah makan?"

Aisha menggeleng, ia belum makan sejak dari pesantren tadi. Entahlah, nafsu makannya mendadak hilang. Rasanya sulit bagi dirinya meninggalkan kak Rayhan meski hanya sedetik saja.

Hii! Aisha [Hijrah Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang