▪ Morning Sickness

545 27 1
                                    

Aisha dan Rayhan tiba di rumah mewah milik keluarga Rayhan. Cowo itu pulang satu hari lebih cepat dari permintaan dokter. Hampir setiap waktu ia menguring pada Aisha dan keluarganya agar ia bisa pulang ke rumah dengan cepat, tidak betah lama-lama di rumah sakit dengan bau obat-obatan yang tak enak dan makanan yang tidak sesuai dengan seleranya.

Selama di rumah sakit Rayhan tidak menyentuh sedikit pun makanan dari tempat ini, ia selalu meminta sahabatnya untuk membelikannya makanan dari luar yang sesuai keinginannya. Tentu hal itu tidak diketahui oleh Aisha, bisa berabe urusannya.

Dan di sinilah mereka sekarang, bunda Arina dan umi Danisa memaksa mereka untuk sementara tinggal di salah satu rumah mereka. Alasannya karena Rayhan belum benar-benar pulih dan kandungan Aisha yang tergolong masih muda, masih sangat rentan. Butuh perhatian lebih ekstra lagi dan tidak boleh beraktifitas terlalu keras. Sedang Aisha dan Rayhan menurut saja, hanya sampai kandungan Aisha menguat setelah itu mereka akan balik lagi ke apartemen. Tak mengapa, toh ini untuk kebaikan semuanya.

Kebetulan sekali hari ini bertepatan dengan kepulangan ayah Cakra dari luar kota. Jadi dapat menambah keramaian di antara mereka.

"Ekhhmm, maaf tan, kangen-kangenannya bisa di dalem aja gak? Saya berat nih, Tan, bawain barang anaknya tante," ucap Leo dengan wajah tanpa dosanya.

Bunda Arina menepuk keningnya kemudian membuka jalan di dekat pintu. "Saking senengnya sampe lupa. Lagian kok banyak banget bawaannya sampe satu tas penuh gitu?"

Leo melirik pada Aisha. "Nurutin ngidamnya bu boss, Tan. Gak mau jauh-jauh dari pak boss makanya ikut nginep di RS," ujar Leo membuat Aisha menahan senyum malu.

Bunda Arina dan umi Danisa mendekati Aisha, bergantian mengelus perut anak menantunya itu. Raut bahagia terpancar di wajah para ibu yang sudah tak lagi muda itu, sebentar lagi mereka akan mendapat cucu pertama mereka, sudah tak sabar untuk menimang-nimangnya nanti.

"Sehat-sehat calon cucu, semoga kalian selalu diberi perlindungan oleh Allah sampai melahirkan nanti," ucap umi Danisa yang diAamiinkan oleh mereka.

"Ululu sayang, cucu oma nanti kalau besar mau jadi apa nak?" Bunda Arina mengajak ngobrol calon bayi di dalam perut Aisha.

"Mau jadi mermed Oma biar nemenin om Leo," sahut Rio yang dibalas tatapan tak bersahabat oleh bunda Arina. Sedangkan Rio meringis, ia sudah membangunkan singa betina yang sedang tidur.

"Enak aja, cucu oma besar nanti harus jadi orang yang sukses di dunia dan akhirat."

"Aamiin, makasih oma dan nenek atas doanya ...," balas Aisha.

Leo meletakkan tas itu di lantai, pegal jika terus-terusan dijinjing sambil menunggu mereka mengobrol. "Taro di mana nih Ray?"

"Di situ aja biar nanti gua yang bawa ke kamar."

Bunda Arina buru-buru menoleh dan memerintah hal yang berbeda pada Leo. "Di atas aja Leo langsung ke kamar Rayhan. Kasian anak tante baru enakan badannya udah ngangkat yang berat-berat kaya gitu."

Leo menghembuskan napas pelan lalu berjalan menuju tangga. "Kasian sama anaknya tapi gak kasian sama gua. Definisi kacung yang sebenarnya," gumam cowo itu.

Rayhan terkekeh melihat langkah Leo yang nampak berat saat diperintahi seperti itu oleh bundanya. Padahal ia masih cukup kuat sekedar mengangkat satu buah tas. Hanya saja bundanya itu sedikit protektif terhadapnya.

"Kasian sahabat gua, dateng ke sini cuma buat jadi babu." Rayhan menahan tawanya.

Rayhan kemudian melirik ke sekelilingnya. "Lah pada ke mana?" Tinggal ia sendirian di ruang tamu. Kedua mata Rayhan menelusuri, ia menangkap bunda, umi, dan Aisha sedang berkumpul di ruang keluarga. Sedangkan para sahabatnya ia sudah tau area mana yang langsung mereka tuju.

Hii! Aisha [Hijrah Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang