Seorang cewek melambaikan tangannya saat cowok yang ia sedang tunggu tengah kebingungan mencari keberadaan tempat duduknya di Caffe itu. Cewek itu tersenyum mengetahui kalau cowok itu masih mau menemuinnya setelah kesalahan besar yang sudah ia perbuat kemarin.
"Maaf kamu jadi kebingungan nyari akunya, aku kira kamu bener-bener udah benci sama aku," tutur Liana senang pada cowok yang sudah duduk di depannya.
"Ray ..." Cewek itu berusaha menggapai tangan Rayhan namun cowok itu justru menghindar. Ya, Rayhanlah orangnya. Dia membuang wajahnya ke samping masih enggan menatap gadis pencipta luka di hatinya.
"Yang kemarin itu --,"
"Iya gua tau lo selingkuh. Apalagi yang mau lo lurusin?" Rayhan memotong perkataan cewek yang sekarang sudah berstatus menjadi mantannya itu.
Liana memejamkan matanya, mengulik kembali kisah manisnya selama empat tahun terakhir dengan cowok itu. Penyesalan itu kini baru hadir menyeruak dalam dirinya, bodoh, dia bodoh sudah menyia-nyiakan cowok sebaik Rayhan dan lebih memilih seseorang yang bisa memenuhi segala keinginannya. Karena uang yang Rayhan punya saat itu tidak mampu membeli semua yang ia inginkan. Sekarang ia tersadar kalau kebahagiaan itu tidak perlu harus dengan uang.
"Cabang perusahaan bokap gua emang ada di mana-mana, tapi bukan berarti gua minta uang seenaknya sama bokap gua dan abis itu cuma untuk dihamburin. Tekad gua masih sama, gua mau ngedapetin uang dari hasil jerih payah gua sendiri. Gua juga udah minta lo bersabar dikit sampe gua sukses, tapi ternyata lo lebih memilih dia yang serba ada."
Cewek itu terdiam merasakan kata-kata yang menohok tapi penuh dengan kebenaran itu. Ia sudah seperti cewek rendahan yang mengemis-ngemis cinta padahal dia yang lebih dulu menyia-nyiakan cinta itu.
"Maaf, aku khilaf, aku baru sadar kalo itu semua gak selalu ngejamin mendatangkan kebahagiaan. Apa masih ada kesempatan buat kita untuk bersama lagi?" tanya Liana dengan ritme jantung yang berdetak cepat.
"Khilaf lo bilang?! Gua udah sering ngasih lo kesempatan, gua udah sabar karena lo adalah perempuan pertama yang berhasil bikin gua jatuh cinta sekaligus rasa sakitnya juga," ujar Rayhan sarkas menatap dingin Liana.
Sebenarnya Rayhan masih ada sedikit rasa dengan cewek itu, empat tahun bukan waktu yang cepat bagi dirinya, terlebih mereka selalu bersama untuk melewati hari-harinya. Apa harus ia mengalah lagi dan kembali? Tapi itu tidak menjamin Liana untuk tidak menyelingkuhinya lagi.
"Gua udah capek ngehadapin lo, sekarang mau lo apa?? Abis ini gua harap lo gak ngehubungin gua cuman buat minta kita supaya balik kaya dulu lagi."
"Aku hamil, Ray ..."
Napas Rayhan tertahan sejenak dan dirinya tertegun mendengar itu. Bukan, itu bukan darah dagingnya, ia tidak pernah punya pikiran untuk menodai cewek itu sebelum mereka menikah.
"Maksud lo?? Pasti akal-akalan lo doang kan supaya lo bisa balikan lagi sama gua?"
Liana merogoh tasnya mencari sesuatu di sana kemudian ia mengeluarkan benda berbentuk pipih panjang di hadapan Rayhan langsung. Tangan cewek itu gemetar dan seluruh tubuhnya serasa dingin. Sedang hati Rayhan bergejolak menahan marah. Maksud cewek itu apa menemuinya dengan dirinya yang tengah hamil bukan dari kesalahannya?
"Nikahin aku, Ray. Aku mohon ... aku takut banget abang aku marah gara-gara ini," desak Liana saat itu juga.
"Anak siapa?" ucap Rayhan berupaya meredam emosi.
Sedangkan Liana menunduk dalam tak berani melihat wajah Rayhan yang sebelumnya tidak pernah ia lihat karena semasa pacaran cowok itu selalu menampilkan wajah teduh dan hangatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...