Seminggu setelah bulan madu indah mereka di pulau dewata Bali, Aisha dan Rayhan mulai menjalankan kehidupan rumah tangganya secara mandiri. Tak banyak yang berubah dari kebiasaan mereka pada saat belum menikah, bedanya kini mereka melakukannya secara bersama dan berdampingan.
Tangan Aisha nampak lihai menggerakkan spatula di atas wajan. Tidak lupa juga mengenakan celemek berwarna pink bergambar hello kitty. Pagi ini ia berencana memasak sayur cah kangkung dan ayam goreng bumbu gurih untuk sarapan sekaligus bekal bagi ia dan suaminya.
Kata bunda keduanya itu makanan favorite kak Rayhan, ayamnya harus gurih. Jadilah Aisha setelah sholat shubuh langsung mengeksekusi ayam dan sayuran mentah yang sengaja ia stok di kulkas.
Aisha mencoba menyicipi masakannya menggunakan sendok stainless yang ia pegang. "Kurang apa ya? Manis udah pas tapi ..." Aisha mengecapkan lidahnya mempertajam indra perasa.
"Ah iya kurang garem." Aisha kemudian memasukkan sejumput garam ke dalam masakannya.
Asap mengepul di atas wajan yang sedang Aisha gunakan. Ia memasak dengan api yang cenderung kecil, hanya tinggal sedikit lagi menunggu dan masakannya siap untuk disajikan.
Aisha mendekatkan wajahnya pada penggorengan itu, ia mengipas-ngipas wajan tersebut hingga uapnya masuk ke penciumannya. Harum dari masakannya sudah mulai terendus, membuat cacing di dalam perutnya mulai berteriak meminta makan.
"Sayang, lihat dasi aku yang warna biru tua gak?" teriak kencang Rayhan dari dalam kamar.
"Ada di lemari bagian pojok. Coba dicari dulu, kali aja keselip sama pakaian-pakaian lain." Aisha ikut berteriak.
"Di mana? Gak ada Sayang." Rayhan menyumbulkan wajahnya pada pintu kamar, terlihat frustasi karena sudah mencari tapi tidak ketemu juga.
Aisha menghela napasnya. "Padahal udah dikasih tau secara detail. Emang paling bener kalau yang berhubungan dengan mengurus rumah, wanita jadi juaranya."
"Yaudah sebentar, Aisha mau mindahin sayurnya dulu Kak."
Aisha lalu mematikan kompor dan memindahkan sayur cah kangkung buatannya ke dalam sebuah mangkok. Mangkok tersebut ia letakan di atas meja makan. Baru setelah itu tanpa melepas celemeknya ia menghampiri Rayhan ke kamar.
"Ini dia Kak, gampang banget terus keliatan lagi," ujar Aisha yang tanpa kesulitan dapat dengan cepat menemukan dasi itu.
Rayhan malah menyengir bersama wajah tanpa merasa bersalahnya. "Hehehe, maaf, yang rapihin baju kan kamu, jadi kamu pasti lebih tau."
"Iya, ini dasinya. Sekarang Kakak pake abis itu ke meja makan, kita sarapan bareng-bareng."
Aisha menyerahkan dasi itu pada Rayhan, namun yang Rayhan ambil bukannya si dasi melainkan tangan dari istrinya itu.
Dahi Aisha mengernyit. "Kenapa Kak?"
"Pakein Sayang. Aku lagi males make dasi sendiri," manja Rayhan pada Aisha.
Aisha mengangguk lalu dengan telaten tangannya memakaikan dasi pada leher Rayhan. Dengan posisi saat ini wajah Aisha terlihat sangat dekat oleh Rayhan, kulit itu sungguh mulus, padahal Aisha seringkali berkutat dengan asap di dapur.
Fyuuhhh
Aisha mengerjapkan matanya saat Rayhan meniup pelan wajahnya. "Kakak!! Bikin kaget aja."
"Abisnya kamu serius banget masanginnya. Berasa akunya teralihkan sama dasi itu."
"Iya aku fokus supaya dasinya bisa kepasang dengan rapih. Emangnya ada apa sih Kak suami?" Aisha menatap hangat sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...