*Jgn lupa untuk voment ya guys🤗
🌼Bukannya tidak ingin berbagi, tapi aku hanya tidak ingin orang yang kusayangi ikut bersedih🌼'Aisha Naira Khanza'
[Happy reading]☆☆☆☆
Setibanya dirumah, dengan hati-hati Aisha memarkirkan motornya.
Danisa --Uminya-- yang memang saat ini sedang menyapu halaman depan pun langsung terkaget setelah melihat Aisha berjalan mengahampirinya dengan langkah terseok, keadaannya pun tak jauh memprihatinkan.
Kerudung yang sedikit tidak beraturan letaknya, penampilannya yang kurang baik, disertai baju gamisnya yang dipenuhi dengan noda-noda bekas terkena cipratan lumpur. Itulah sekiranya yang dapat Danisa jabarkan bagaimana keadaan Aisha saat ini.
Danisa meletakkan sapunya ke sembarang arah dan langsung menghampiri Aisha dengan langkah tergesa-gesa.
"Astaghfirullahalladzim. Nak, Aisha, kenapa kok baju kamu pada kotor seperti ini, Sayang?" Terlihat ketara sekali raut cemas di wajah umi.
Aisha tersenyum simpul menanggapi keterkejutan uminya.
"Tidak apa-apa Umi, hanya saja tadi Aisha kurang berhati-hati ketika mengendarai motor.""Innalillahi wa inna ilaihi ra'jiuun"
"Apa ada yang luka? Atau kamu merasakan sakit, sayang? Sungguh, umi khawatir sekali, Nak. kita kerumah sakit aja ya!" Cerocos Danisa seraya meneliti tubuh Aisha depan dan belakang.
Aisha menggelengkan kepalanya pelan, nafasnya tercekat melihat sang umi yang begitu khawatir terhadap dirinya.Terbesit rasa bersalah dalam hatinya.
"Tidak mungkin aku berkata yang sebenarnya kepada umi, aku tidak ingin membuatnya bersedih hati," batinnya lirih.
Aisha mencoba memasang tampang wajah cerianya di hadapan uminya.
"Aisha tidak apa-apa kok. Coba lihat! Badan Aisha masih sehat kan, Mi? Dan sekarang Aisha berdiri didepan umi. Tandanya Aisha baik-baik saja, Mi."Aisha langsung memeluk erat Danisa.
"Umi, maafkan Aisha telah membuat Umi khawatir," ujarnya dengan suara lemah dan serak.Aisha menahan segala rasa sedihnya agar tidak menambah beban Uminya itu.
"Umi memaafkanmu, Nak. yaudah, sekarang kamu masuk dulu, ganti pakaianmu dengan yang bersih. biar umi menyiapkan teh hangat untuk Aisha."
Danisa menghela nafas lega ketika tahu keadaan Aisha tidaklah terlalu buruk. Kemudian ia membantu menitah langkah Aisha menuju ke dalam rumah.
"Umi tidak usah terlalu khawatirkan Aisha. Insyaallah Aisha dapat berjalan sendiri ke kamar. Terima kasih banyak, Umi," tolak halus Aisha ketika sang umi ingin mengantarkannya sampai ke kamar.
Danisa hanya bisa pasrah, tak dapat menolak permintaan sang anak.
"Yasudah, kamu hati-hati, ya, Sayang."
Selama menuju kamar, Aisha tak hentinya-hentinya berdzikir dan ber-istighfar karna tak sengaja ia telah membohongi uminya. Aisha hanya tak ingin umi terlalu memikirkan keadaannya.
"Ya Allah, Maafin Aisha lagi yang telah membohongi umi," gumamnya lirih. Ia sengaja mendengakkan kepalanya guna mencegah air matanya agar tak menetes.
Aisha berjalan dengan pelan dan sedikit tertatih-tatih, Sejujurnya ia merasakan rasa yang amat sakit pada pergelangan kakinya, tepat pada saat motornya jatuh dan tak sengaja menimpanya tadi. Tetapi Aisha tetap ingin menyembunyikan rasa sakitnya itu.
Tanpa disadari, ternyata dari balik bilik dapur, Danisa memperhatikan Aisyah sampai ia menuju ke kamarnya. Nafasnya tercekat ketika melihat kaki sang anak yang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
"Kenapa kamu tidak jujur saja kepada umi, Aisha!" Danisa menatap sendu pintu kamar Aisha yang mulai tertutup rapat.
----
'Tok'Tok'Tok'
Sebelum Aisha beranjak dari kasur untuk membukakan pintu kamarnya, pintu kamarnya itu sudah dibuka terlebih dahulu oleh seorang yang mengetuknya.
Melihat siapa yang datang, Aisha yang sedang merebahkan tubuhnya dikasur justru segera merubah posisinya menjadi bersandar pada dinding kasur.
"Assalamu'alaikum. Nih, sayang, umi bawain tèh hangat dan bolu kesukaan, bidadarinya, umi." Danisa meletakkan nampan yang berisi makanan tersebut di atas nakas samping tempat tidur.
Aisha tersenyum simpul, hatinya menghangat. ia merasa amat bersyukur karna Allah mengirimkan sosok ibu seperti umi-Nya yang sangat amat menyayanginya.
"Walaaikumussalam. terima kasih sebelumnya, Mi. Apa Aisyah tidak merepotkan Umi?"
"Bagi umi, anak itu permata hatinya umi, jadi harus dijaga sebaik mungkin. Lagipula sudah kewajiban umi untuk merawat kalian, Sayang." Danisa memegang dan mengelus lembut tangan Aisha.
Langsung saja Danisa menempatkan posisinya untuk duduk didepan Aisha, tanpa aba-aba ia langsung mengangkat kaki Aisha yang sedang berselanjaran itu keatas kakinya.
Sontak Aisha terkejut dengan apa yang uminya lakukan itu.
"Ehh- ya ampun, umi, kan sudah Aisha bilang kalo Aisha itu ga apa-apa."Aisha berusaha menarik kakinya kembali, tapi sang umi malah menahannya.
Kemudian Danisa menyingkap gamis Aisha hingga sebatas lutut. "ga apa-apa dari mananya! nih lihat, kaki kamu pada memar kaya gini!"
"Biar umi oleskan dengan salap luka memar."
Aisha meringis ketika Danisa mulai mengoleskannya dibagian tepat pada luka.
"Awhss-,Sakit sekali, Mi," ringis Aisyah seraya menggigit bibirnya guna menahan rasa nyeri pada kakinya.
"Sudah selesai kok, sayang. sekarang Aisha istirahat dan jangan beraktivitas dengan hal-hal yang berat dulu, ya!"
Aisha dibantu Danisa untuk kembali membaringkan tubuhnya. Tak lupa pula Danisa menarikkan selimut pada tubuhnya, dan di akhiri dengan kecupan manis yang ia berikan di kening Aisha.
"Syafakillah Anakku, Aisha." Danisa menatap Aisyah dengan lirih, kemudian berlalu keluar dari kamar anaknya itu.
-----------------------------
'Assalamu'alaikum'Tetap jadikan Al-qur'an bacaan yang utama💖
Maaf Part ini agak pendek, InsyaaAllah bakal ada keseruan lain di Part2 selanjutnya^_^
Next ga?
Stay tune dan Jgn lupa vomentnya😘
°Timaaci°
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...