▪ Rio Kenapa?

286 29 22
                                    

[Happy Reading]

Setelah kepergian Rayhan yang melanjutkan pendidikannya di luar negeri, bascamp Warfamz berpindah jadi di rumahnya Rio. Mereka tidak enak jika harus berlama-lama menyinggahi rumah yang tuan rumahnya saja tidak ada di sana. Takut juga akan semakin teringat dengan Rayhan.

Kemarin saat Rayhan berada di pondok pesantren biasanya hampir seminggu tiga kali mereka mengunjungi rumah Rayhan sekedar bermain PS, menghabisi stok camilan yang sudah seperti di pabrik, dan mencicipi beberapa kaleng softdrink milik Rayhan.

"Terhubung!!"

Rio bersorak heboh ketika panggilan videonya berhasil terhubung pada Rayhan. Menarik rasa ingin tahunya Kenno dan Leo. Kedua cowo itu pun mendekati Rio dengan semangat dan menggeser tubuh laki-laki itu hingga ia sedikit terhuyung.

"Mana? Mana?!" teriak Leo yang kegirangan.

"YOO? Belum pernah dicium sama mumu peri lo ya?!" geram Kenno kesal ketika yang dilihatnya hanyalah layar berwarna hitam.

"Lah emang tadi gua ngomong apa? Terhubung Bambang bukan tersambung! Nanti kalo lebaran gak usah beli baju, belinya korek kuping aja yang banyak," sungut Rio.

Kenno dan Leo mendengus bersamaan. Kemudian mereka memainkan lagi game onlinenya yang tertunda tadi.

"Gak usah sok ngasih PHP, Yo. Gua tau itu supaya kita jadi seneng lagi, but hati gua mah udah kebal sama yang kaya gituan," ceplos Leo dengan mata yang terfokus pada layar handphone.

"Dih, otak kok isinya udah kaya hati, kalimat bucin semua," cibir Rio.

"Gak ada yang mau sama lo, Le. Kerjaannya cuma makan, tidur, sama nyusahin orang. Mana gak bisa berantem lagi, gimana mau ngelindungin doi," timbrung Kenno.

"Ada lah banyak. Soal material masih bisa diperbaiki, yang terpenting itu ini." Leo menunjuk dadanya sendiri, "Hati yang tulus. Yeah, cepat atau lambat bakal banyak cewe-cewe yang ngejar gua, walaupun muka gua yang pas-pasan gini."

"Kepedean sekali ya, Bund ...," ujar Rio.

"Percaya diri itu perlu, kalau gak gitu, kita gak bakal bisa maju. Salah satunya dalam mencari pacar. Sok jadi paling ganteng aja dulu. Padahal zonk hahaha, kaya Kenno," balas Leo.

Kenno memukul kepala Leo dengan ponsel yang dipegangnya. "Sial lo ikan lele, daritadi gua gak ikut-ikutan tapi masih aja kena bully."

"Ekhmm, Assalamu'alaikum." Suara yang asalnya dari laptop itu mengalihkan ketiganya dari kesibukan masing-masing.

"RAYY!!!" Mereka terkejut dan menyeru keras nama Rayhan. Senang bukan kepayang.

"Jawab dululah salamnya. Situ pada gak abis pindah agama kan setelah gua tinggal pergi?"

Leo mengangakan mulutnya lebar. "Itu mulut apa gergaji, Ray? Tajem bener." Kenno dan Rio juga ikut membenarkan.

"Wa'alaikumsalam," jawab mereka.

"Hehehe, sorry. Abisnya bikin kaget orang aja pagi-pagi buta udah ngajak video call." Rayhan malah tercengir di sebrang sana.

"Pagi buta?" Rio melirik jam dalam ponselnya. "Masih jam 12 malam, Ray."

"Lo berdua udah pikun apa gimana? Rayhan kan beda negara sama kita, jelas waktu di sana sama di sini itu beda." Kenno memutar bola matanya.

"Lo kok pake peci, baju koko, sama sarung, Ray? Emangnya ada ya sholat dengan waktu sepagi itu?" tanya Kenno polos.

"Aha!! Gua tau! Pasti lo sholat shubuhnya sengaja diduluanin kan, Ray? Biar kesanannya bisa tidur nyenyak. Kalo bisa kaya gitu gua juga mau dong praktekkin." Leo menyerobot Rayhan yang ingin membuka suara. Teman-temannya itu harus diberi pemahaman. Kalau tidak, pasti akan salah mengartikan.

Hii! Aisha [Hijrah Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang