*budayakan vote dan komen ya guys😇
🍁Berbuat maksiat memang terasa nikmat. Namun Allah akan membalasnya dengan siksa dan kepedihan yang membuat siapa pun tak akan kuat🍁
[Happy Reading]
"Sha ... pelan-pelan napa!! kaya mau ketinggalan kereta aja," tegur Resti ketika Aisha nampak terburu-buru merapihkan barang-barangnya."Emangnya ada apa, sih?" tanya Syifa penasaran.
Aisha belum menanggapi, ia masih sibuk memastikan tidak ada barang-barangnya yang tertinggal.
"Eh? Kalian ngomong sama aku?" Aisha mendangak serta memasang wajah bingungnya ketika Resti dan Syifa menatapnya dengan sangat intens.
Resti menepuk keningnya. Jadi sedari tadi Aisha tidak mendengarkan perkataan ia dan Syifa?
"Engga, tuh. Lo salah denger kali, Sha."
Tawa Syifa hampir saja pecah kalau tidak segera ia tahan. Kemudian ia memukul pelan bahu Resti, sebagai peringatan kecil untuknya yang sudah membohongi Aisha.
"Ssshh ... itu tangan isinya tulang apa baja, Syif? Gila, sakit bener," cibir Resti yang saat ini sedang mengusap-ngusap bahunya.
"Beneran sakit? Maaf, ya. Asli aku cuma bercanda doang."
Aisha menaikkan sebelah alisnya. Ada apa dengan mereka? Bukankah tadi seingatnya mereka berdua mengajak dirinya berbicara? Apa itu hanya perasaannya saja?
"Kalian mau ke depan bareng-bareng, kan?" tanya Aisha yang seolah-olah tahu isi pikiran mereka.
Bukannya menebak, ini memang sudah menjadi kebiasaan bagi ketiganya. Makanya Resti dan Syifa menatap heran pada Aisha yang nampak seperti orang ingin dikejar oleh setan.
Resti dan Syifa mengangguk bersamaan.
"Yaudah, yuk!!" ajak Aisa dengan cepat. Ia menggandeng tangan Resti di sebelah kanannya dan Syifa di sebelah kirinya.
Mereka berjalan berdampingan menuju ke parkiran. Aisha sengaja menggandeng tangan keduanya dan melebarkan pijakan langkahnya dengan cepat. Ini hanya akal-akalannya saja supaya kedua temannya ikut mensejajarkan langkahnya dengan Aisha.
Syifa mengatur nafasnya, ia merasa sudah lelah dan sedikit merasa tidak nyaman berjalan dengan langkah yang lebar dan sedikit cepat. Jarak dari kelasnya menuju parkiran lumayan jauh.
"Emang kalo sudah terburu-buru manusia yang sangat pintar pun seakan-akan hilang predikatnya dengan begitu saja," batinnya jengkel.
Resti memberhentikan langkahnya tanpa diaba-aba yang membuat langkah Aisha dan Syifa ikut tertahan. Ia menumpukan tangannya pada lututnya untuk mengatur pernapasannya.
"Haah ... haah .... Kalian bisa gak, sih, jalannya gak usah cepet-cepet? Udah tau kaki gua kan boncel-boncel," protesnya pada Aisha dan Syifa.
Syifa melebarkan matanya tidak setuju dengan protesannya Resti.
"Kok, aku? Aisha tuh!!" sungut Syifa. Memang itu benar bukan kesalahannya.
Aisha menggaruk kepalanya yang terbalut oleh khimar berwarna navynya.
"Maafin aku, ya. Abisnya aku greget kalian itu lelet banget," ucap Aisha yang merasa bersalah.
Semuanya terjadi karena dirinya terburu-buru. Jika saja ia memelankan langkahnya, pastinya kedua temannya tidak merasakan lelah saat ini. Memang sesuatu yang dilakukan dengan terburu-buru itu tidak dapat berakhir dengan baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...