~ Gugur Satu

48 2 0
                                    

Rayhan, Leo, dan Kenno tiba berbarengan di lokasi yang tadi diberikan Rio. Rayhan buru-buru turun dari mobil dan melihat ada mobil Rio terparkir di depan bangunan tua ini.

"Ray, ini mobil Rio kan?" celetuk Leo yang mengintip ke dalam mobil tersebut. "Ada barang-barangnya Aisha di sini," ucap Leo pelan sembari menunjuk ke dalam mobil. Sedangkan Rayhan mengangguk lemas.

Oh Allah, Rayhan kini sangat menyesal telah membiarkan Aisha pergi tanpa pengawalan yang ketat. Ia lupa kalau sewaktu-waktu Daffa pasti akan datang kembali untuk mengganggu kehidupannya, dan sekarang istri dan calon anaknya yang menjadi korban.

"Ayo, Ray, jangan kebanyakan bengong. Aisha butuh pertolongan lo." Kenno menepuk bahu Rayhan yang sedang melamun.

Sebelum masuk ke bangunan tersebut mereka sempatkan diri dulu untuk berdoa bersama untuk keselamatan semuanya setelah itu baru memulai langkah. Rayhan yang memimpin jalan di depan, mereka jalan mengendap dan perlahan. Leo dan Kenno sambil sesekali memutar tubuhnya ke segala arah jaga-jaga takut ada yang tiba-tiba menyerang dari arah tak terduga.

Rayhan, Leo, dan Kenno sudah cukup jauh menelusuri setiap sudut dari bangunan namun tak menemui satupun manusia di sini. Mereka lalu berhenti bersama di satu titik tempat.

"Gimana? Apa mau mencar aja nyarinya?" tawar Rayhan membuat kedua temannya bingung.

"Kayanya lebih baik kita nyarinya bareng aja, gua takut bakal ada serangan ke salah satu dari kita dan itu lebih susah lagi buat nolonginnya," jawab Kenno yang disetujui oleh Leo.

Rayhan mengangguk singkat, Kenno benar, apapun situasinya mereka harus selalu bersama. Lagipula polisi yang akan membantu mereka belum tentu datang tepat waktu.

"Aisha ... sayang, ini aku Rayhan." Rayhan mencoba menyerukan nama Aisha beberapa kali berharap bisa mendapat sinyal keberadaan istrinya itu.

"Lo yakin Aisha disekap di sini? Daritadi kita nyusurin gedung ini tapi gak ada satupun orang yang ditemuin Ray," ucap Leo mulai ragu.

"Susstttts jangan berisik, gua yakin di sini banyak anak Elsavor yang sengaja sembunyi." Kenno memberi peringatan ringan.

"Kenno bener Le! Kita harus tetep hati-hati, jangan sampai terlena sama situasi," ujar Rayhan. Tiba-tiba kakinya melangkah ke satu ruangan lain di gedung itu. Dirinya seperti mendengar rintihan kecil nan lirih, dan ia yakin kalau itu suara Aisha.

"Le, No, gua kaya denger suara perempuan di ruang pojok kiri, ayo ke sana!" Rayhan menunjuk ruangan tersebut kemudian mengajak Rio dan kenno untuk mengikutinya.

"Sayang?" Panggil Rayhan sekali lagi dan suara tersebut semakin jelas terdengar. Detik berikutnya langkah Rayhan berhenti di tempat. Nafasnya sangat tercekat.

"Sss-sayang?" ucap Rayhan dengan bibir bergetar. Buru-buru ia berlari cepat menghampiri Aisha dengan air mata yang menggenang di pelupuk.

Melihat kondisi Aisha saat ini membuat hatinya seperti tercabik-cabik. Istrinya yang sedang mengandung tua harus bertaruh nyawa dengan situasi yang mencekam saat ini. Rayhan sangat khawatir akan keadaan Aisha dan bayinya.

Sedang Aisha tak berkata apa-apa, hanya air mata yang terus mengalir dari sudut matanya sebagai pertanda rasa sakit dan takut. Lidahnya terasa kelu untuk berbicara.

Rayhan mulai membuka ikatan tali tambang yang melingkari tubuh Aisha. Kenno melepas tali di bagian tangan, dan Leo memegang tali di bagian kaki Aisha, setelah itu Rayhan membuka penutup mulut istrinya.

Ikatan tali ini cukup kuat, memakan waktu beberapa menit untuk mengeksekusinya ditambah lagi mereka tidak membawa alat-alat untuk memotong tali. Lagi dan lagi Rayhan tak habis pikir, terbuat dari apa hati Daffa hingga wanita hamil pun tidak diberi ampunan olehnya.

Hii! Aisha [Hijrah Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang