Mengapa setiap Rayhan mencintai seseorang, Allah selalu saja menjauhkan dirinya dengan orang yang dicintainya? Mengapa di saat ia sedang tulus-tulusnya mencintai, setelah itu perasaan kecewalah yang dia dapati?
Rayhan sudah taat beribadah, sudah mematuhi segala perintah tuhannya, dan berharap senantiasa didatangkan kebahagiaan di dalam hidupnya.
Tetapi mengapa Allah tidak memberinya waktu sedikit saja untuk bisa merasakan kebahagiaan bersama orang yang dicintainya?
Pedih ini terlalu berat sehingga meninggalkan begitu banyak kenang dan luka.
Setelah kejadian yang begitu menyesakkan itu, Rayhan mulai menjauhi Allah. Melalaikan semua kewajibannya sebagai seorang muslim dan melanggar aturan yang sudah Allah buat untuk dipatuhi.
Rayhan sudah tidak percaya lagi dengan takdir baik dari tuhan, berhenti menyapa Allah di setiap malam yang sunyi dan syahdu, serta tidak lagi bertawakkal kepadanya.
Tak memungkiri, dulu ketika masih mengemban ilmu di pondok pesantren, Rayhan memiliki tipe wanita yang dia idamkan, yaitu seorang wanita dengan pribadi bak istri rasulullah Saw. Yaitu sayyidatina (Aisyah R.A) yang diberi gelar Humairah memiliki arti kemerah-merahan. Senantiasa menjaga kesucian dan kehormatannya sebagai wanita, selalu bertutur kata dengan lemah lembut.
Masih ada 'kah jaman sekarang wanita yang meneladani akhlak beliau? Kalau ada, pasti sudah menjadi dambaan dan incaran bagi siapa pun kaum adam yang telah mengenalnya. Ah, Jangankan mengenal, mungkin orang itu akan jatuh cinta sejak pandangan yang pertama.
Kala tersadar akan kenyataan yang menimpa Rayhan, membuat dirinya seakan tertampar. Hati yang kosong tanpa ada rasa keimanan di hatinya. Membuat Rayhan merasa insecure dan tidak pantas.
~~~~~~
"Bun ... tau nggak? Abi seneng banget akhirnya si Renata gak ganggu-ganggu Abi lagi!"
Seseorang yang Rayhan panggil bunda itu mengalihkan fokusnya dari televisi kemudian mengerutkan alisnya. "Mana bunda tau. Lagi juga Renata siapa lagi, sih? Juri di Master Chef? Heran deh, kamu seneng banget main teka-teki sama bunda."
Rayhan menyengir dan menggaruk kepalanya.
"Nganu. Dia itu pacar yang gak pernah Abi anggep. Abisnya dia maksa-maksa dan ngintilin Abi terus buat nerima cintanya. Ya, mau gak mau Abi terima daripada diganggu terus," ungkapnya dengan santai.
"Terus Bun, setiap ketemu pasti dia langsung aja ngegandeng tangan Abi, emangnya Abi truk? Kalau manggil Abi di kampus juga pake sebutan gini Bun, oppa Rayhan suamiku, dan abis itu aku diliatin banyak orang. Bikin emosi kalo inget dia!" Rayhan berujar dengan sewot mengeluarkan unek-unek dalam hatinya.
'BUGH'
"Akhh! Slow dong Bun ...." pekik Rayhan ketika remot AC mendarat kencang di bahunya. Sepertinya ia sudah membangunkan beruang betina yang sedang tidur.
"Heh! kok marahnya sama Bunda? Kan kamu duluan yang bahas si Renata. Lagi juga siapa suruh main terima gitu aja?!!"
"Bunda gak mau ya kalo sampe kamu pacar-pacaran lagi! Itu 'kan diharamkan dalam islam. Bunda lebih setuju kalau kamu ta'aruf abis itu langsung nikah." Kalimat itu tiba-tiba saja lolos dari mulut Arina --Bundanya Rayhan.
Rayhan berhenti mengusap-ngusap bahunya yang terasa cenut-cenutan kemudian menoleh pada Arina.
"Abi belum siap nikah. Lagi juga belum ada calonnya, Bun. Gak ada yang sreg," jawab Rayhan asal sembari menggonta-ganti saluran tv.
"Gapapa, bagus malah. Biar bunda sama ayah yang cariin."
Rayhan melebarkan matanya dan menggelengkan kepalanya.
"Nggak-nggak! Emang tipe mantu idaman Bunda itu yang kaya gimana, sih?"
"Yang baik agamanya dan yang menjaga aurat. Gak seperti pacar-pacar kamu yang sering dibawa ke rumah!" jawab Arina dengan cepat.
"Lah, pacarku yang mana? Dan kenapa juga dengan mereka?" Rayhan mengingat-ngingat lagi. Dia tidak bisa menghitung banyaknya wanita yang pernah dibawa ke rumah. Bukan berarti pacar Rayhan ada banyak, salah satu dari mereka ada yang menjadi temannya.
Arina memutar bola matanya malas. "Segala nanya! Kamu 'kan sering banget bawa cewe yang berbeda tiap harinya ke rumah. Udah gitu setiap kamu bawa mereka ke sini, pasti pakaiannya selalu terbuka. Greget, rasanya pengen bunda bungkus aja pake sarung."
"Yang penting pake baju 'kan, Bun?"
"Emangnya kamu gak bisa bedain mana pakaian yang layak mana pakaian yang kaya tarzan?" cecar Arina. Namun Rayhan tak membalas. Obrolan mereka tiba-tiba saja menjadi serius.
"Umur kamu sudah lumayan matang Lho, Bi. Kenapa kamu gak ajak aja pacar kamu buat melangkah ke jenjang yang lebih serius? Lebih baik kalian menikah daripada dosa kalian terus bertambah," lanjutnya lagi.
Rayhan tersenyum masam namun 'tak begitu ketara. Dia beranjak dari tempatnya dan berlutut di hadapan Arina yang masih dalam posisi duduk.
Terkejut. lantas Arina menegakkan tubuhnya. Rayhan saat ini tengah menatapnya dengan dalam.
"Abi ditinggalin sama pacar Abi. Mereka gak menghargai Abi. Dan Abi bahkan diselingkuhin, Bun. Padahal Abi selalu mendoakan pacar Abi agar segera diberikan hidayah untuk menutup auratnya. Tapi mana, Bun? Nyatanya Allah malah membuat Abi putus dengan pacar Abi. Dan apa Bunda tau? Pada saat itu Abi sedang cinta-cintanya dengan pacar Abi," ujar Rayhan kemudian tersenyum hambar.
"Abidzar gak percaya sama Allah, Bun! Katanya dia maha pengabul segala doa, tetapi mana buktinya?
Sejujurnya Rayhan tau bahwa pacaran itu hukumnya haram. Namun, mengabaikan itu semua menjadi pilihannya saat ini.
Pacaran itu hukumnya haram dan dilarang dalam islam. sama saja dengan artinya dengan kita berzina. Walaupun kita tidak saling bersentuhan, tetapi kita tidak pernah tau bagaimana dengan hati dan pikiran kita. Hati yang selalu terpatri segenap jiwa haya untuk dirinya akan menjadi sebuah zina hati. Pikiran yang setiap saat memikirkan semua tentang dirinya akan berujung pada zina pikiran.
Semua ini sudah dijelaskan dalam Al-Qur'an yang memiliki arti "Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk" (QS. Al-Isra: 32).
Sudah jelas bukan bahwa zina merupakan suatu perbuatan yang sangat buruk dan keji?
Sedangkan kini. Rayhan yang sekarang jauh berbeda dengan dia yang dulu. Karena cinta, dia menjadi buta akan penciptanya. Padahal alangkah lebih baiknya jika kita mencintai pencipta kita terlebih dahulu baru mencintai ciptaannya.
Dan tidak semua yang kita pinta kepada Allah itu harus terkabulkan juga. Allah lebih tau yang terbaik untuk diri kita. Mungkin dalam doanya, Rayhan berfikir kalau itu pantas untuk diijabah. Padahal belum tentu juga itu pantas di mata Allah? Makanya kita wajib untuk terus berhusnudzon kepadanya.
Namun, nasi telah berubah menjadi bubur. Mungkin ini adalah teguran untuk dirinya. Namun, Rayhan masih saja belum menyadari ini sepenuhnya. Rayhan telah kehilangan hidayahnya.
Rayhan bukan orang yang baik saat ini. Bahkan dirinya saja jauh dari penciptanya. Tidak. Lebih tepatnya ia yang menjauhi tuhannya. Apakah ia pantas mendapatkan wanita yang baik agamanya? Pantaskah?
--------------------------------
'Assalamu'alaikum'Terima kasih untuk kalian yang sudah menyempatkan waktu membaca^^.
mohon maaf jika masih banyak kekurangan, semuanya butuh proses.
Jangan lupa baca Al-Qur'annya.
-
-Jazakallahu khairan katsiro❤
Don't forget for vote & coment:)Kepo? Terus ikutin cerita inii ya;).
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...