"Sayang, aku berangkat dulu ya, udah kesiangan nih," teriak Rayhan dari ruang tamu. Kemudian Aisha menghampiri Rayhan terbirit-birit dari dapur.
"Hey jangan buru-buru gitu jalannya sayang! Kamu lagi hamil besar." Rayhan memberi peringatan kecil. Istrinya itu memang suka lupa kalau dirinya tengah membawa satu orang nyawa. Seringkali Rayhan memberi peringatan seperti ini. Untung saja ia selalu berhasil mewaspadai.
Aisha mengatur napasnya yang sedikit ngos-ngosan sambil memegangi perutnya karena getaran kuat yang tercipta ketika dia lari. "Tapi Aisha belum selesai masak. Lauknya belum matang. Nanti kakak makan siangnya gimana?" tanyanya dengan raut khawatir.
Rayhan tersenyum hangat. Tangan kanannya terangkat menghapus bulir keringat di kening Aisha. Istrinya itu sangat effort. Padahal sedang hamil tapi tetap berusaha melayani suaminya dengan baik. Benar-benar wanita idaman pria manapun.
"Gak usah sayang, nanti aku gampang beli makan di kantin," jawab Rayhan lembut.
"Eh, no!!" Aisha menggeleng cepat.
"Gimana kalau nanti siang Aisha anter aja ke kantor kakak? Kita makan siang bareng-bareng. Boleh?"
Rayhan nampak berfikir. Detik selanjutnya ia menganggukan kepala tanda setuju. Meskipun ia sedikit tidak tenang takutnya Aisha kelelahan di tengah usia kandungannya yang sudah 6 bulan ini. Tambah lagi dirinya harus melepas Aisha pergi sendirian.
"Boleh, tapi jangan sampe kamu kecapean ya. Kalo bisa nanti dijemput sama sopir kantor," bujuk Rayhan.
"Jangan khawatir, Aisha bisa jaga diri dan anak kita dengan baik. Lagipula Aisha kan gak nyetir sendiri. Kakak jadi berangkat ngantor kan? Tambah siang loh ini," ucap Aisha setelah melirik jam dinding yang waktunya cepat berpindah.
Rayhan menepuk kepalanya pelan, "Ya Allah aku lupa sayang. Tapi inget ya sayang, kalo kamu cape gak usah maksain dan kabarin aku selalu apapun yang terjadi. Yaudah ya aku berangkat dulu."
Aisha hanya memanggut-manggut seperti anak kecil yang sedang diberi peringatan oleh ayahnya. Membuat Rayhan gemas dan rasanya ingin tetap di rumah lebih lama lagi tapi ia harus segera ke kantor karena akan ada meeting dengan klien 1 jam lagi.
Aisha lalu mencium tangan Rayhan. Begitupun sebaliknya, Rayhan mengecup lama kening Aisha. Berharap ia dan Aisha bisa selamanya bersama. Lelaki itu lalu beralih pada perut istrinya dan mensejajarkan tingginya hingga sama.
"Jagain umi ya sayang. Jangan nakal-nakal. Nanti siang kita ketemu lagi ya junior," ucap Rayhan lembut sambil mengusap pelan perut Aisha kemudian mengecupnya. Setelah itu dia langsung bergegas menuju kantor.
🌵🌵🌵
Aisha mulai merapihkan makanan yang sudah dia masak ke dalam tas bekal. Hari ini ia memasak tumis capcay dengan lauk ayam goreng bumbu kremes sesuai dengan kesukaan Rayhan. 'Tak lupa Aisha membawa beberapa potong buat apel merah segar sebagai pencuci mulutnya.
"Eummm, apa lagi ya?" terka Aisha. Ah ya, ia belum menyiapkan air putih untuk minum nanti. Tangannya bergerak mengambil tumbler minuman dan mengisinya dengan air putih. Setelah itu ia masukkan juga ke dalam tas bekalnya.
"Alhamdulillah selesai, tinggal siap-siap," ujarnya.
Kemudian ia ke kamar untuk menyiapkan dirinya. Aisha tidak berpenampilan mewah, hanya dress gamis simpel berwarna soft cream disertai Khimar senada. Di bagian wajah ia poleskan sedikit bedak dan lipstik tipis. Sejak hamil ia jadi malas sekali untuk berdandan. Paling ketika sedang bertugas maupun ke undangan acara besar, itupun hanya tipis make upnya. Mungkin ini karena pengaruh hormon pada saat hamil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...