BismillahirrahmaanirrahiimIrsyad dan Fadhil membawa paksa seorang santri yang sudah mereka pastikan kalau ia yang waktu itu memancing Aisha masuk ke dalam gudang peralatan ke rumah Kyai Faisal untuk memberikan pernyataan yang sesungguhnya. Karena hanya beliau dan Syauqi yang berhak menyidang santri tersebut.
Sebelum Rayhan meninggalkan pondok pesantren, kemarin cowok itu sempat meminta bantuan kepada teman kamarnya untuk mengusut masalah ini. Dengan jaminan seluruh pakaiannya yang masih baru itu untuk mereka berdua. Baik sekali bukan laki-laki itu? Siapa orang yang tidak tergiur dengan tawaran seperti itu. Lagi pula ia memang sudah memiliki janji terlebih dahulu kepada Irsyad. Dan sekarang api semangat Irsyad berkobar sangat tinggi.
Perihal mencari pelakunya, bagi Irsyad dan Fadhil hal itu sangatlah mudah. Selagi mereka masih berada di dalam satu lingkungan yang sama, sosok itu pasti akan ketemu juga pada akhirnya. Apalagi ciri-ciri yang Rayhan bagikan pada mereka kemarin tidak sulit untuk ditebak; berkuping caplang, kulit kuning langsat, memakai kopiah tinggi warna putih dan mengenakan jasko berwarna hitam.
Mereka menemui santri itu ketika ia sedang menonton teman-temannya yang sedang bermain bola. Santri itu nampak sendirian. Entah antara ia yang suka menyendiri atau memang diasingkan oleh teman-temannya. Irsyad dan Fadhil menariknya menjauhi lapangan. Dan bertanya to the point kepadanya, apakah ia yang sudah berkata bohong pada Aisha tentang suara perempuan yang meminta pertolongan di gudang belakang?
Awalnya santri itu tidak mau mengakuinya. Sebab ia sudah berjanji pada seseorang untuk tidak membuka suaranya sedikitpun. Namun Fadhil dan Irsyad bersikap begitu galak. Fadhil memegang erat kerah baju santri itu sampai ia mengakuinya dengan gemetaran.
"Kalian mau bawa saya ke mana? Jangan bawa saya ke rumah kyai, A! Saya minta maaf. Kemarin Saya hanya diperintahkan oleh seseorang," racau santri itu berusaha melepaskan dirinya namun kedua tangannya dipegang erat oleh Fadhil dan Irsyad. Jawaban yang ia berikan selalu sama sedaritadi.
"Gak bisa! Kamu harus berkata sejujur-jujurnya sama keluarga Kyai. Kalau bohong, siap-siap aja kamu saya buat angkat kaki dari sini," ancam Irsyad dengan sengaja.
"Kalau gak mau kena masalah, kenapa kemarin kamu terima tawaran itu? Dan sekarang kamu harus mempertanggung jawabkan semua yang udah kamu lakukan itu di hadapan Kyai," ujar Fadhil sangat menyayangkan.
Santri itu tidak lagi berontak membuat Fadhil dan Irsyad juga ikut melonggarkan pegangan itu. Ia memilih menurut. Mau mengelak juga rasanya percuma. Kesalahannya sangatlah besar.
"Awalnya saya gak mau, Bang. Tapi saat itu saya lagi butuh banget uang untuk membeli buku. Kedua orang tua saya sedang tidak punya uang. Dan kebetulan orang itu menawarkan untuk membiayai pembelian buku saya."
"Apapun yang menjadi alasan kamu. Kita gak bisa belain kamu di depan Kyai. Karena kamu di situ posisinya atas dasar kemauan sendiri. Walaupun sedang-sedang butuhnya uang," ucap Irsyad tetap kekeh pada pendiriannya.
Fadhil serta Irsyad menghela napasnya. Berhubungan dengan yang namanya uang itu sifatnya sangat sensitif. Belum lagi kalau sedang dihadapkan dengan urusan yang mendesak dan harus segera diselesaikan saat itu juga. Segala cara pasti akan dilakukan untuk mendapatkannya. Seketika otak terhalang untuk berpikir jernih.
Tapi tetap saja ia harus menghadap Kyai Faisal. Mereka tidak akan menutup-nutupi kesalahan santri itu. Jangan mentang-mentang santri itu adik tingkatannya jadi dengan mudahnya ia mencari pembelaan. Yang bersalah akan tetap salah dan keadilan pasti akan diberlakukan.
Derap kaki mereka menapaki teras rumah Kyai Faisal. Di dalam sudah ada Faisal dan Syauqi yang sudah menunggu. Sebelumnya Irsyad sudah memberi kabar pada Syauqi kalau ia ingin mengobrol serius dengan laki-laki itu beserta ayahnya. Dan Faisal turut menyambutnya dengan anggukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...