Bismillaahirrahmaanirrahiim
🌵Jangan menaruh harap pada cinta jika kamu tidak ingin mendapat lara. Berharaplah pada yang menghadirkan cinta di hati manusia🌵
[Happy Reading]
Melihat saudaranya yang semakin gencar mendekati Aisha membuat hati Syauqi meronta untuk segera menghalalkan gadis itu.
Sudah dari lama ia menjatuhkan hatinya pada Aisha. Berbulan-bulan ia sengaja memberi waktu agar gadis itu terbiasa dengan kehadirannya dan dapat menerimanya. Namun itu pupus hanya dalam beberapa hari sejak kedatangan Rayhan di pondok pesantren. Laki-laki itu hadir menjadi dinding penyekat antara ia dengan Aisha.
Ditambah lagi desakan dari kedua orang tuanya agar ia bersegera menikah karena keduanya sudah sangat ingin menimang cucu. Tentu saja Syauqi tidak akan menerima tawaran abahnya yang akan mencarikan calon mempelai wanita untuknya. Ia hanya mencintai Aisha. Dan ia akan memperjuangkan cintanya meski gadis itu sama sekali belum memiliki perasaan untuknya.
Dulu ketika ia baru pulang dari menuntut ilmu di kota Mesir, ia sempat diberitahu oleh ummahnya kalau ada ustadzah baru di sini. Masih muda, cantik, dan sholehah. Tentu hal ini membuat hatinya jadi ingin tau siapa sosok yang dikagumi oleh ummahnya itu. Karena jarang sekali ummahnya itu membicarakan perihal wanita kepada Syauqi, kecuali sosok wanita yang memang sesuai dengan kriterianya.
Syauqi mulai mencaritahunya dengan cara memperhatikan Aisha dari kejauhan. Raut wajahnya yang nampak polos, senyumannya yang tulus, dan memiliki aura yang berbeda dengan gadis-gadis yang pernah ia jumpai. hatinya ikut terbawa suasana dan sampai saat ini hati itu telah mantap mencintai Aisha.
"Hal serius apa yang ingin kamu sampaikan, Nak?" Faisal membuka pembicaraan. Anaknya itu tadi mengajak ia dan istrinya untuk mengobrol serius ba'da shalat 'Isya. Dan sekarang mereka sudah berkumpul di ruang keluarga.
"Ayo cepat sampaikan, Qi. Tadi kamu yang
meminta Abah dan ummah untuk cepat sampai di rumah," cerca Irma sangat penasaran.Lidah Syauqi mendadak kaku. Semoga saja Allah meridhoi keputusannya ini. Ustadz muda itu sudah sangat bulat dan yakin dengan pilihannya. Ini adalah keputusan terakhirnya, sudah cukup lama ia menunggu momen seperti ini, kalau ditunda lagi akan semakin lama proses ia untuk mempersunting Aisha. Belum lagi Rayhan yang pasti akan bersikeras menggagalkan rencananya.
"Syauqi ingin mengkhitbah seorang wanita," ucapnya dalam satu tarikan nafas.
"--namanya adalah Aisha," lanjutnya.
"Aisha? Aisha yang mengajar di sini kan?" cecar Irma tidak sabaran. Syauqi membalas mengangguk.
"Alhamdulillah, ya Allah. Bah, mantu impian ummah! Sebentar lagi itu jadi kenyataan," seru Irma, menggoyang pelan lengan suaminya bersama dengan binar bahagianya itu.
Faisal, pria yang sudah muncul kerutan di wajah dan tangannya itu berdehem tegas. "Apa kamu sudah mantap dengan pilihanmu itu, Nak? Abah hanya tidak ingin kalau tiba-tiba nanti kamu ragu di tengah jalan. Yang nantinya akan menimbulkan rasa kecewa di antara dua belah keluarga. Belum lagi si wanita tersebut akan merasa tersakiti."
"Bismillah, InsyaaAllah Syauqi mantap untuk mengkhitbah dek Aisha. Menjadikan dek Aisha sebagai pelengkap imannya Syauqi, Bah." Syauqi meyakinkan Abahnya atas keputusannya itu.
Faisal tersenyum tipis. Ia dapat melihat ada keseriusan di dalam hati anaknya itu. Ia sudah bisa menebak kalau Syauqi memiliki perasaan lebih kepada salah satu guru ngaji di pesantren miliknya itu. Namun ia tidak ingin gegabah untuk menjodohkannya. Biarkan saja anaknya itu yang menentukan pilihannya sendiri. Lagipupa jodoh itu berada di tangan Allah, bukan berada di tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...