"Udah pada nunggu lama?" Resti yang baru datang langsung menempatkan dirinya di tengah-tengah anak warfamz.
Saat ini Rayhan beserta anak Warfamz sedang berkumpul di restoran. Rayhan berniat untuk meneraktir mereka makan sebelumnya nanti ia akan pergi.
Rayhan juga mengajak Resti di sana. Sengaja, biar gak cape dua kali ngomong, pikirnya seperti itu. Tentu saja kalian dapat menebak apa alasan Rayhan mengundang Resti, ada hal penting yang ingin ia sampaikan kepadanya tentang Aisha.
Seluruh temannya, baik Resti, sudah mengetahui permasalahan yang terjadi di pondok pesantren kemarin yang menyebabkan dirinya harus pulang dan Aisha diberhentikan mengajar. Dirinya dan Aisha telah dijebak. Beruntungnya mereka semua percaya penuh kepada ia dan bidadarinya.
"Lama, lama banget. Sampe ubanan si Kenno, noh," celetuk Leo menunjuk Kenno dengan dagunya.
"Gak, bohong! Tenang aja Le, neraka masih banyak slot buat orang kaya lo," sungut Kenno.
Leo menggelengkan kepalanya sambil mengusap dada. "Astaghfirullah, No. Kalo ngomong yang bikin bahagia napa. Gua ikhlas kok kalo lo mau gantiin gua di sana."
"Tuh, No. Tawaran yang bagus bukan?" sosor Rio.
"Pala lo bagus, Yo. Gua si naudzubillah masuk ke sana. Setiap orang muslim pasti ngedambainnya masuk surga," seloroh Kenno.
Setelah pertama kali mereka mendalami lagi tentang agama islam di dalam pondok pesantren, tanpa sepengetahuan Rayhan, Warfamz beberapa kali menonton ceramah-ceramah islami di youtube. Awalnya mereka hanya mencoba-coba saja, namun lama kelamaan jadi ketagihan. Karena mereka menemukan tentram dan kenyamanan setelahnya.
Ternyata benar, islam itu sangat indah. Apalagi kalau kita taat dalam menjalankan setiap ibadahnya. Walaupun kemarin mereka hanya sempat belajar wudhu, tapi rasanya mereka seperti sudah lama mempelajari itu.
"Udah-udah, malah jadi ngomongin surga-neraka. Emang bekel lo pada udah cukup buat di hari akhir nanti?" potong Resti. Ia sudah berusaha agar bisa datang tepat waktu, begitu sampai di sini hal yang dibahas malah tidak sesuai ekspetasinya.
"Iya ntar gua bawa bekel makanan yang banyak biar gak kelaperan nanti di tengah jalan," ujar Leo dengan asal.
"Ehhmm ...." Sebuah deheman ringan membuat mereka semua fokus menatap satu titik yang sama. Yaitu Rayhan.
"Jadi gini. Nanti setelah beberapa tanda-tanda kiamat satu persatu mulai bermunculan, sampe ditiupnya terompet sangkakala oleh malaikat isrofil sebagai tanda hari kiamat sudah tiba, gak akan ada manusia yang bisa selamat dari kiamat. Harta, jabatan, kecantikan, ketampanan, makanan, bakal hilang begitu aja. Nanti manusia gak akan kepikiran sama hal kaya gitu."
Rayhan mencoba menceritakan sedikit penggambaran dari hari kiamat nanti kelak yang ia dapatkan pengetahuan ini ketika dulu di pondok pesantren. Dan tentunya sudah lebih dulu dijabarkan di dalam Al-Qur'an juga.
"Bahkan gak akan terbersit di pikiran buat menyelamatkan orang yang di sayang. Mereka akan berlomba-lomba beramal baik, seperti membuka dan membaca Al-Qur'an, padahal ayat-ayat Al-Qur'an sudah terhapus di dalam mushaf ketika kiamat nanti. Gak akan bisa, semuanya udah terlambat. Setelah dunia dan isinya diluluhlantahkan, Allah membangkitkan lagi kita, dan semuanya dikumpulkan di padang mahsyar."
Leo mengusap lengannya yang merinding. Baru mendengarnya saja bulu kuduknya sudah berdiri, apalagi kalau ia sampai merasakannya langsung. Rayhan melanjutkannya lagi.
"Di padang mahsyar nanti manusia juga bakal sibuk kesana-kemari nyariin amalnya. Karena cuma amal itu yang bisa menyelamatkan dia di hadapannya Allah. Penentuan paling akhir dari hidupnya, ke surga atau neraka. Bakal ditanyain sama Allah juga selama di dunia kita melakukan kebaikan dan kejahatan apa aja, dan nanti seluruh anggota tubuh kita dari kepala sampe kaki yang bakal berbicara atau yang bersaksi. Untuk yang timbangan amal kebaikannya lebih berat, dia termasuk ke dalam golongan kanan, yang dipersilakan Allah masuk surga, sedangkan yang timbangannya ringan akan sebaliknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...