⚠ Warning!! Part ini mengandung banyak bahasa kasar! Mohon banyak bersabar!
Jika hari minggu biasanya banyak dipakai orang untuk bersantai dan jalan-jalan, lain hal lagi dengan yang sedang Rayhan lakukan pada pagi ini. Laki-laki itu sibuk membuat sarapan untuknya dan juga istrinya. Berjibaku dengan beberapa bahan masakan.
Semalam ia harus tidur sendirian karena Aisha mendapat panggilan mendadak dari pihak rumah sakit dan memintanya untuk segera datang ke sana. Katanya telah terjadi kecelakaan lalu lintas parah yang menimbulkan banyak korban sehingga membutuhkan lebih banyak lagi tenaga medis untuk menanganinya. Meskipun berat, Rayhan harus bisa memahami posisi Aisha.
Rayhan melepas celemeknya dan menatap bangga pada masakan yang berhasil ia buat. Dua piring nasi goreng dengan toping telur mata sapi, segelas susu vanilla, dan segelas air hangat telah tersaji di meja makan. Tinggal menunggu Aisha pulang saja dan mereka akan sarapan bersama. Seharusnya pagi ini ia dan Aisha ikut bersama abi, umi, dan bunda ke acara akad walimahannya Syauqi dengan Safira. Cuma sepertinya ia akan datang sedikit terlambat karena menunggu Aisha pulang bertugas dulu.
"Masakan gua enak gak ya? Takut banget rasanya gak sesuai sama ekspektasi Aisha nanti," monolog Rayhan sembari menatap takut makanan buatannya.
Rayhan sebenarnya bisa masak, tapi hanya menu yang ringan-ringan saja. Kebiasaan memasak itu dimulai saat ia kuliah di Singapura kemarin. Bosan dengan makanan yang tersedia di tempat langganannya, jadi Rayhan memilih memasak dengan mempraktekkan tutorial dari internet.
Perhatian Rayhan teralih pada suara pintu yang diketuk dari luar. Rayhan bergerak sigap berdiri di balik pintu untuk menyambut Aisha, ia menyisiri rambutnya dengan jemari terlebih dahulu. Tak lupa memasang senyum hangat yang penuh arti.
"Assalamu'alaikum," salam Aisha lalu berjengit di tempat. Terperanjat karena suaminya tengah berdiri menatapnya sembari tersenyum.
"Wa'alaikumsalam, silakan masuk bidadarinya Rahyan," jawab lembut Rayhan.
Kedua sudut bibir Aisha tertarik ke atas membentuk seulas senyum. Ya Allah, ya Rahman, ya Rahiim, engkau maha kuasa telah mengiriminya laki-laki yang selalu memperlakukannya seperti ratu. Sekarang Aisha tersadar kalau kak Rayhan adalah jodoh terbaik yang sudah Allah siapkan untuknya sejak dari lama.
"Hey, kok malah senyum sambil bengong? Ayo masuk dulu Sayang, kamu pasti cape banget." Rayhan mempersilakan Aisha masuk. Ia mengambil alih tas Aisha, awalnya Aisha menolak karena merasa tidak enak, tapi akhirnya ia mau menurut.
"Makasih Kak," ucap Aisha langsung menuju wastafel untuk mencuci tangan. Kemudian ia menghampiri lagi suaminya dan mencium punggung tangan Rayhan. Ia tidak lupa kalau tadi belum salim pada suaminya.
Hidung Aisha mengendus beberapa kali, aroma-aroma masakan itu berhasil membuat perutnya kerucukan. Aisha mendekati meja makan dan menatap takjub semua yang di sana.
"Ini semua kakak yang masak?" tanya Aisha memastikan. Pasalnya dia tidak melihat ada jejak-jejak peperangan di dapur, seluruh peralatan masak tertata rapih di tempatnya.
Rayhan mengangguk dengan senyum tulusnya. "Special buat bu dokter pake telur mata sapi."
"Gimana kakak bisa tau kesukaan Aisha?"
Rayhan menarik kursi ke belakang agar ditempati oleh Aisha baru ia menjawab, "Apa sih yang gak aku tau tentang kamu setelah kita nikah," balas Rayhan seraya mengerlingkan matanya genit.
Aisha memegang dadanya erat, mengembungkan pipinya lucu begitu mendengar ucapan manis suaminya. "Bisa aja, udah kaya raja gombal Kakak," ledeknya.
"Kan gombalnya sama istri ini, sah-sah aja dong, iya gak Istri?" Sekarang Rayhan menaik-turunkan alisnya menggoda Aisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...