Kini mereka semua tengah duduk beristirahat di ruang santai, dengan Aisha dan Rayhan yang berada di atas sofa, dan sisanya di atas karpet.
Rayhan yang duduk bersebelahan sembari merangkul bahu Aisha, Resti dan Kenno sedang asyik bertukar username IG masing-masing, Sedangkan Rio dan Leo rebahan sembari memejamkan mata. Sejujurnya Rio sangat jengkel dengan posisi tidur Leo yang menurutnya merugikan dirinya, tangan dan kaki laki-laki itu direntangkan begitu lebar sampai setengah dari tubuhnya tergeser ke lantai.
"Kalo pasutri pada umumnya, sehari setelah pernikahan mereka masih berdua-duaan layaknya pengantin baru. Inimah gua baru sehari udah dibikin rusuh sama para kurcaci," cibir Rayhan yang menginginkan waktu berdua saja bersama istrinya.
Aisha menggenggam tangan Rayhan, "gak apa-apa Kak, lagi juga apartement ini terlalu sepi kalau cuma diisi sama kita berdua. Kayaknya Kakak belinya kegedean deh."
Rio bangkit lalu membusungkan dadanya merasa menang dibela Aisha. "Tuh denger, istri lo aja gak permasalahin."
Aisha berkata seperti itu karena merasa kasihan dengan teman-temannya. Seharusnya dia yang menyuguhkan sesuatu yang mereka butuhkan, seperti makanan atu minuman kesukaan mereka, sebab mereka sudah bergotong royong merapihkan apartement yang bisa dibilang cukup besar ini. Aisha juga tidak bisa membayangkan kalau hanya dirinya dan kak Rayhan saja yang berberes. Dia kira ruangannya sedang-sedang saja.
"Maaf ya? Kalian jadi cape gini gara-gara Aisha sama kak Rayhan."
"Gak usah minta maaf, kamu gak salah kok, mereka yang mau sendiri kan?" kilah Rayhan tak setuju, menggeleng pelan sembari menatap Aisha.
"Bener tuh, sha. Lo gak ada salah apa-apa. InsyaaAllah kita ikhlas lakuin ini semua buat lo sama Rayhan. Lagipula kan bareng-bareng, jadi capeknya gak terlalu kerasa," sahut Leo.
"Heh!! Iya lo enak ngomong gitu karena daritadi kerjaan lo cuma makan, tidur, ngerusuh, nyanyi-nyanyi gak jelas, bolak-balik ngeribetin orang, kentut sembarangan," sambar Resti menggebu.
Leo lantas beranjak dari baringnya dan memasang wajah yang super terdzolimi. "Siapa bilang?? Orang tadi gua ikut bantu kok!! Jangan gitu dong, ketauan nanti kartu gua sama Rayhan."
Kenno mendengus, "Bantu nyemangatin. Asli gua mah gak butuh yang begituan Le, butuhnya tenaga lo."
"Tau gak lo Ray si Leo nyemangatinnya kaya gimana?" ujar Rio.
"Gimana tuh?"
"Dia jingkrak-jingkrakan heboh di atas sofa lo, Ray. Ampun deh gua, ngeri sofa lo rusak doang, mana masih baru. Kalo orangnya jatuh sih gapapa," adu Rio.
"Tega amat Bang. Harusnya lo ngucapin terima kasih karena udah gua semangatin," ucap Leo.
"Udah, udah!! Mending sekarang kita unboxing kado pernikahannya Aisha sama Rayhan," ajak Resti menyudahi pembicaraan unfaedah itu.
"Boleh."
"Nggak!!" Rayhan menyerobot Aisha cepat.
"Ih kenapa? Aisha juga udah kepo banget sama isinya. Boleh ya Kak?" bujuk Aisha sembari mengguncang pelan pergelangan Rayhan.
"Enggak Sayang, bahaya isinya, nanti kamu kaget," ucap Rayhan mewanti-wanti. Dia seperti mendapat sinyal kalau ada yang tidak beres dengan isi-isi kado dari temannya.
"Halah bilang aja takut nemu barang yang bikin jantung melompat," ceplos Leo yang dibalas pelototan oleh Rayhan.
"Gak jadi Res, bukannya nanti aja kalo aku lagi berdua sama kak Rayhan."
Wajah Aisha nampak lesu ketika tak mendapat izin dari suaminya. Tentu saja dia akan menurut, dia tak ingin menjadi istri pembangkang hanya karena masalah kecil ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...