▪ Iya atau Tidak?

484 64 17
                                    

Budayakan vote dan komen para shalih dan shalihah

[Happy Reading]

Keadaan hening menyelimuti ruang tamu keluarga besar kyai Faisal. Kedua orang tuanya Rayhan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Apalagi Cakra yang tidak bisa menahan emosinya jika sudah terlampau marah dengan putra bungsunya itu. Lebih baik ia menghindari keributan yang akan terjadi nantinya.

Kyai Faisal masih terdiam di tempat duduknya dan bungkam atas permintaan Rayhan barusan. Dia masih mempertimbangkan bagaimana keputusannya. Jika tidak dituruti, Rayhan pasti akan membuktikan semua ucapan yang keluar dari mulutnya.

Sedangkan Syauqi sendiri sangat tidak setuju dengan permintaan Rayhan. Bahkan kalau boleh memilih, ia ingin agar Rayhan tidak usah ditempatkan di pondok pesantren milik abahnya. Karena ia yakin, Rayhan pasti akan menghancurkan mimpi yang sudah ia rencanakan dengan sangat matang dan sudah dari jauh-jauh hari.

Jahat memang. tetapi belum ada 2 jam Rayhan berada di sini saja, rasanya ia sudah tertabrak dari belakang di jalurnya sendiri.

Sebenarnya dia sedikit menyesal akibat ke-spontan-annya yang langsung membantah permintaan Rayhan dengan suaranya yang cukup tinggi. Tatapan semua orang yang berada di situ dialihkan kepadanya. Menatap Syauqi dengan tatapan yang melambangkan sebuah tanda tanya besar. Bagaimana bisa dia yang lebih cepat menolak keinginan Rayhan dibanding ayahnya yang notabennya pemilik yayasan pondok pesantren Al-Hikmah.

"Ekhem ... jadi, bagaimana dengan keputusan Abah?" Deheman ustadz Syauqi memecah keheningan yang ada. Ia menatap cemas abahnya, berharap keputusan abahnya itu sesuai dengan keputusan yang ia punya.

Cakra, ayahnya Rahyan langsung saja menyela perkataan ustadz Syauqi, "Kak, Faisal. Maaf kalau sekali lagi Abidzar membuat kepala Kakak menjadi pening memikirkan keputusan yang tepat. Gak usah dianggap serius, Kak. Besok juga dia akan lupa dengan permintannya itu," ujarnya.

"Jadi kalian gak percaya sama apa yang Abi ucapkan barusan? Kalian ngira perkataan aku barusan cuma main-main kek bocah baru masuk TK, kan? Oke! Sekarang juga aku pergi," ucap Rayhan yang sudah mengambil ancang-ancang dari tempat duduknya.

"Tidak, Nak Rayhan!" sergah kyai Faisal dengan cepat. Ia menahan pergerakan Rayhan.

"Baiklah, paman akan menyetuj ...."

"Syauqi tidak akan menyetujuinnya!! Bagaimana bisa seorang laki-laki harus berduaan bersama dengan wanita yang jelas-jelas bukan mahramnya? Ikhtilat itu, Bah!" geram ustadz Syauqi yang kini telah berdiri dari tempat duduknya.

Irma, ummahnya Ustadz Syauqi menitah anaknya untuk kembali tenang di tempatnya. "Sabar, Nak. Bukan seperti itu caranya beradab pada yang lebih tua."

Kyai Faisal terus saja melafalkan kalimat istighfar dalam hatinya. Menguatkan hatinya untuk bisa bersabar karena perkataannya lebih dahulu dipotong oleh anaknya. jangan sampai ia marah karena terbujuk oleh rayuan setan.

"Syauqi, bisakah kamu mendengarkan penjelasan Abah terlebih dahulu? Baru setelah itu kamu boleh menentangnya."

"Maafkan saya, Bah," lirih ustadz Syauqi yang kini sudah menundukkan kepalanya. Ia sangat menyesal telah memotong perkataan abahnya.

Rayhan menatap remeh orang di sampingnya. "Huuu, ngaku Ustadz tapi gak ada akhlak!"

"Hust!! Jaga ucapan, Abidzar!" cegah Arina sembari menatap tajam putranya. Sedangkan yang ditatap hanya menyengir tak jelas.

Kyai Faisal berdehem dan menegakkan tubuhnya. "Paman akan mengabulkan permintaanmu, tetapi dengan syarat, kamu harus diawasi oleh saudaramu Syauqi, itu agar tidak timbul fitnah di antara Nak Rayhan dengan Nak Aisha nantinya. Dan malam harinya kamu akan ada bimbingan bersama dengan ustadz Abdullah."

Hii! Aisha [Hijrah Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang