▪ Leo dan Ayam Goreng

488 43 7
                                    

Samar-samar Aisha membuka matanya ketika mendengar suara pintu yang ditutup. Masih belum sepenuhnya sadar, netranya menangkap bayangan sosok laki-laki yang entah tidak tahu dia sedang apa. Tentunya itu adalah suaminya.

Aisha menyandarkan setengah badannya pada kepala tempat tidur, dia mengusap wajahnya sebanyak tiga kali. Sembari mengumpulkan lagi nyawanya, Aisha memerhatikan gerak-gerik dari suaminya itu.

Rayhan nampak sedang mengenakan sarung di tubuhnya. Aisha merasa kenal dengan sarung itu, seperti punyanya Zikra. Setelah itu Rayhan terlihat kebingungan mencari sesuatu, matanya mengedar ke seluruh titik di kamar ini, dia lalu berjalan mendekati rak berisi peralatan sholat milik Aisha. Laki-laki itu mengambil sajadah di sana.

Sajadah tersebut Rayhan bentangkan menghadap kiblat dengan posisi yang membelakangi tempat tidurnya. Mata Aisha tiba-tiba melebar tatkala melihat Rayhan akan mengangkat kedua tangannya.

"Tunggu!!"

Rayhan mengurungkan kembali niatnya lalu menoleh bersama dengan dahi yang mengerut.

"Kenapa, Sayang?"

"Aisha mau ikut sholat tahajjud juga. Sebentar, Aisha mau wudhu dulu, Kak." Setelah itu Aisha langsung berlari menuju kamar mandi.

"Pelan-pelan!! Jangan lari sayang, nanti kamu bisa kepleset," peringat Rayhan dengan halus.

"Aman Kak, Aisha udah sampe kamar mandi."

Rayhan menggelengkan kepalanya melihat tingkah laku dari istrinya itu. Tak mengapa, yang terpenting dia sayang dengan Aisha.

Aisha sudah menyelesaikan wudhunya. Dia mengode pada Rayhan kalau dirinya sudah siap untuk melaksanakan sholat. Setelah itu lafaz takbir dikumandangkan oleh Rayhan. Aisha turut mengikuti gerakan sesudah suaminya itu.

Hati Rayhan terasa terenyuh, ini pertama kalinya dia mengimami seorang wanita selain bundanya. Ditambah keadaan dia dan Aisha kini sudah bersuami-istri.

Sholatnya tetap sama, bacaan niatnya pula tak berubah, hanya saja suasananya berbeda dengan dia mendirikan sholat sendirian. Kini suasana dari sholat tahajjud mereka terasa begitu bermakna dan lebih istimewa. Rayhan sangat khusyu' dalam mengimami Aisha, dia ingin menjadi sosok imam yang baik bagi makmumnya, yang bisa menuntun pada kebaikan.

"Assalamu'alaikum Warahmatullah."

"Assalamu'alaikum Warahmatullah." Bibir Aisha ikut melafalkan kalimat tersebut. Sebagai penanda kalau sholat mereka sudah selesai.

Rayhan memutar tubuhnya menghadap Aisha, menampilkan senyum hangat untuk istrinya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rayhan memutar tubuhnya menghadap Aisha, menampilkan senyum hangat untuk istrinya itu.

"Kakak kenapa senyum-senyum?"

"Istri aku cantik banget kalau lagi pake mukena ... Berasa kalau di depan aku ini bukan manusia, tapi bidadari surga yang nyasar ke bumi."

Aisha menahan senyumnya ketika mendapat pujian seperti itu dari suaminya. Dia lalu mengambil tangan kanan Rayhan dan menciumnya.

Hii! Aisha [Hijrah Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang