Mata Aisha berbinar kala mobil mereka mulai memasuki kawasan taman Safari Bali. Sebelumnya dia belum pernah berkunjung ke taman safari, hanya ke kebun binatang biasa seperti pada umumnya.
Tadi pada saat di hotel Rayhan memintanya untuk bersiap-siap dengan pakaian yang rapih. Aisha yang penasaran pun bertanya mereka akan pergi ke mana? Namun Rayhan malah membalasnya dengan senyum misterius.
Katanya gini, "Ada deh, pokoknya ke suatu tempat yang belum pernah kamu kunjungi selama menjadi manusia di bumi."
Aisha menggelengkan kepalanya heran, suaminya itu selalu saja menggunakan perumpamaan yang aneh-aneh, berbeda dengan orang pada biasanya.
"Kita berhenti di sini dulu ya, mau beli camilan sama sedikit sayuran buat di jalan nanti." Setelah memarkirkan mobil, mereka langsung masuk ke dalam tempat wisata alam itu.
Rayhan dan Aisha berhenti di salah satu bangunan yang menjual berbagai macam makanan ringan dan di sebelahnya terdapat penjual sayuran segar seperti wortel dan kacang kulit yang biasanya dibeli oleh para pengunjung untuk diberikan kepada hewan-hewan di dalam.
"Gak usah banyak-banyak nanti takutnya gak abis Kak. Kita kan cuma berdua," celoteh Aisha melihat Rayhan memasukan semua jenis camilan ke keranjang di tangannya. Aisha hanya mengekori setiap langkah Rayhan dari belakang.
"Gak apa-apa, biar istriku ini gemuk. Pasti lucu pipinya jadi makin tembem," jawab cepat Rayhan.
Aisha melengoskan wajahnya. Segini saja dia kadang suka kesakitan saat kak Rayhan mencubit pipinya apalagi kalau tambah berisi lagi. Akan seperti tahu bulat jadinya.
Setelah kejadian Aisha merecoki makanan pilihan Rayhan dengan menempatkan beberapanya kembali ke tempat asalnya, mereka pun tiba di meja kasir untuk membayarnya.
"Kamu tunggu di depan aja, nanti tiba-tiba malah ngerusuhin aku lagi," ucap Rayhan.
Aisha menurut lalu berjalan mendahului suaminya. Ah, sepertinya dia sudah berbuat kelewatan pada suaminya. Dia sudah merusak mood suaminya yang ingin memberi kepuasan padanya. Tapi kan niat Aisha baik, takutnya nanti makanan itu akan jadi mubazir. Nada bicara suaminya tadi datar-datar saja, biasanya kak Rayhan memanggilnya dengan embel-embel 'Sayang' dan suara lembut, tapi tadi tidak.
Aisha mendekati Rayhan yang baru saja menyelesaikan pembayaran belanjaan mereka. Dia langsung menyergap lengan Rayhan dan mendekapnya sangat erat.
"Maafin Aisha," cicitnya.
Rayhan menghentikan langkahnya membuat Aisha secara otomatis juga turut mengikutinya. Rayhan menoleh pada Aisha yang ketinggiannya masih berada di bawahnya. Dia lalu tersenyum tulus pada Aisha dan memberika kecupan singkat di pelipis cewe itu.
"Aku gak marah, yang kamu lakuin itu bener. Mungkin karena aku terlalu antusias sama liburan kita sampe lupa kalo tadi itu termasuk pemborosan," ujar Rayhan yang diangguki paham oleh Aisha.
Mereka pun menaiki kendaraan yang sengaja disediakan oleh tempat wisata untuk melakukan safari journey. Di sana mereka akan di bawa berkeliling di alam terbuka untuk melihat dan bertemu secara langsung dengan hewan-hewan di sana. Mulai dari hewan yang paling ganas, sampai yang pendiam seperti jerapah.
Mereka juga dipandu oleh seorang guide yang akan menjelaskan kepada mereka seputar tentang hewan-hewan yang mereka temui. Rayhan dan Aisha merasa senang berkunjung ke tempat ini. Selain fasilitas yang memadai serta pelayanan yang ramah, mereka juga disuguhkan oleh ciptaan Allah yang tiada duanya itu. Rasanya beban mereka sedikit terangkat saat bisa bernapas dengan lepas. Udaranya terasa sangat segar dan bersih karena masih banyak pepohonan.
"Ayo di makan yang banyak ya supaya sehat," ujar ceria Aisha pada jerapah yang sedang memakan lahap wortel yang dipegangnya.
Air wajah Aisha nampak bahagia saat berinteraksi langsung dengan hewan yang tidak terlalu berbahya itu. Senyumnya terus terpancar di sepanjang perjalanan, alami sekali, aura kecantikan dari dalam dirinya keluar begitu saja tanpa dibuat-buat. Menandakan kalau kecantikan dari gadis itu benar-benar asli dari luar sampai dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...