*jgn lupa vote ya guys😄
-
-
-"teruslah berdo'a untuk diriku, agar Allah segera memberikan hidayahnya kepadaku"
'Abidzar Rayhan Al-farizy'
[Happy reading]
☆☆☆
Usai melaksanakan sholat malam tadi, tiba-tiba ada panggilan telephone dari pihak kepolisian. Mereka menceritakan kejadian yang sudah terjadi pada anaknya. Arina hanya menggeleng-gelengkan kepalanya atas apa yang baru saja diutarakan oleh pihak kepolisian.
Arina membekap mulutnya tak percaya. sebab Rayhan sudah berjanji tak akan mengulanginya kembali.
perlahan linangan air matanya mulai berjatuhan membasahi pipinya yang sudah mulai menua itu. Sehancur dan sekecewa itu Arina terhadap anaknya--Rayhan."Hiks, hiks, ga mungkin! Ini pasti salah sambung. Anakku, Abidzar, tidak senakal itu." Arina terisak di tempat mendengar informasi dari pihak kepolisian bahwa saat ini anaknya sedang ditahan di sana.
Mendengar isak tangis sang istri, Cakra --ayahnya Rayhan-- pun segera bangun dan bergegas menghampiri istri tercintanya.
"Loh, bunda... kenapa nangis?"Arina tak menjawab dan malah semakin terisak di dekapan sang suami.
"Hiks, anak kita aa..abidzar, Saat ini sedang ditahan di kantor polisi" ucap Arina dengan suara parau. memang semua keluarga besar, memanggil Rayhan dengan nama Abidzar.
"APA?! Astaghfirullahalladziim, Abi!" pekik Cakra keras yang terkejut atas pernyataan istrinya. Lantas ia memijat pelipisnya merasa pening atas perilaku anak lelakinya itu.
"Ayo, Yah. Kita jemput Abi sekarang juga!!" Ajak Arina kepada suaminya. sekuat mungkin ia menahan tangisnya agar tak menambah beban yang dirasakan oleh suaminya itu.
Arina sungguh merasa kecewa dengan putra bungsunya itu. Ini sudah ketiga kalinya Rayhan ditangkap pihak polisi karena balap liar. Hatinya meringis, mengingat janji yang dikatakan oleh anaknya bahwa ia tidak akan berbuat yang tidak baik lagi.
Tetapi, mana buktinya?"Kenapa kamu berkhianat pada bunda, nak?" Batinnya pilu.
Setibanya di kantor polisi, mereka langsung dituntun oleh pihak kepolisian untuk menemui Rayhan.
"Abidzar..." Rayhan yang sedang menunduk, sontak mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang telah datang untuk menyapanya.
senyum sumringah tersimpul di wajah Rayhan melihat siapa yang telah datang.
"Ayah, Bunda... kalian datang?" Rayhan bangkit dari duduknya untuk menyambut kedatangan kedua orang tuanya.
'Plakk'
"Itu untuk kamu yang sudah berkhianat atas janjimu, Ray!"
'Plakk'
"Itu untuk rasa sakitnya Bunda atas kenakalanmu!" Cakra menghela nafas pelan.
Dua tamparan keras sekaligus melayang di pipi kiri dan kanannya Rayhan. Ia hanya diam, meringis seraya memegangi pipinya yang terasa panas.
Ingin membela diri, tapi dia siapa? Dia hanyalah anak nakal yang mungkin sudah banyak berbuat dosa dan durhaka kepada keduanya. Sungguh Rayhan merasa malu dan prihatin dengan kondisi dirinya pada saat ini.
"Rasa sakit itu ga seberapa dengan luka yang sudah kamu torehkan kepada bundamu, Nak."
Perkataan ayahnya barusan membuat hati Rayhan mencelos. Seperti ada yang sesuatu yang sedang menghimpit dadanya.
Bibirnya bergetar tak henti menyerukan kata maaf-Nya kepada kedua orang tuanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hii! Aisha [Hijrah Series]
Teen FictionSosok lelaki bak burung lepas dari sangkar setelah dia lulus dari pondok pesantren tempatnya menuntut ilmu. Kebebasan pergaulan dan disakiti oleh wanita yang dicintai membuat ia jadi meninggalkan tuhannya. Tidak lagi dia percaya pada tiap takdir ind...