TWELVE (✔)

487 62 55
                                    

"Baik anak-anak karena sudah bel istirahat, pelajaran Ibu hari ini sampai sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baik anak-anak karena sudah bel istirahat, pelajaran Ibu hari ini sampai sini. Jangan lupa kerjakan pr halaman 90 sampai 95 besok kita koreksi bersama." Guru itu menata kembali spidol dan pulpen ke dalam tas miliknya.

"Baik bu," ucap mereka dengan malas. Lima lembar dalam satu hari itu sangat melelahkan, apalagi itu adalah latihan ulangan semester 1. Guru itu meninggalkan kelas dengan perlahan.

Banyak siswa maupun siswi berlarian ke luar kelas tanpa memperdulikan pr mereka. Menurut mereka pr adalah pekerjaan rumah dan sekarang masih di sekolah, saatnya untuk bersantai.

"Ihhh! Rasanya pengen gue apain guru Kimia itu. Siapa namanya, lupa gue," ucap Dinda dengan berkacak pinggang.

"Bu Ira," jawab Dina sambil memasukkan pulpen ke dalam kotak pensilnya. Jika dibiarkan berkeliaran sudah pasti beberapa menit lagi akan hilang.

"Nah iya itu. Bu Rina," Dinda berkacak pinggang sambil menunjuk wajah Dina yang membenarkan namanya.

"Bu Ira, Din," balas Dina membenarkan ucapan Dina. Dina menghela napas panjang.

"Mau Bu Ira, Rina, pokoknya dia. Gak capek apa padahal tadi pagi udah ada tugas Matematika. Belum lagi gue yang capek narikin kas kelas, ditambah lagi nunggu hati Jumat buat drakor tayang itu lama." keluh Dinda sambil menatap jengah kelas. Di dalam kelas. Ini hanya ada Dina, Dinda, Mesya, Lala, Al dan Raka saja.

"Udah mending lo ikut gue ke kantin." Dengan cepat Dina langsung menarik tangan Dinda untuk membawanya ikut ke kantin.

"Semuanya gue ke kantin ya," ucap Dinda disela-sela Dina yang menarik tangannya. Dia juga tak lupa melambaikan tangannya kepada mereka, padahal tidak ada satupun dari mereka yang membalas lambaian tangan itu.

"Sya, ke kantin yuk!" ajak Raka diikuti dengan Al yang berdiri disampingnya. Posisi mereka berada di depan bangku Mesya dan Lala.

"Gak, lo aja," ucap Mesya sambil menyandarkan kepalanya di atas meja. Lala mengerutkan dahinya bingung, tidak biasanya Mesya seperti ini. Wajah Mesya yang biasanya cerah bahkan terlihat pucat, bibirnya yang biasanya berwarna terang, terlihat seperti sedikit gelap.

Raka yang bingung menempelkan tangannya di kening Mesya, tanpa sadar Lala juga menempelkan tangannya bersamaan. Alhasil tangan Lala yang memegang kening Mesya ditutupi dengan tangan Raka yang berada diatas tangannya.

Lala menatap Raka, begitu juga sebaliknya. Mereka dengan cepat melepaskan tangan mereka. "Ngapain lo pegang-pegang tangan gue?" sewot Lala.

"Gue gak megang tangan lo, tapi gue ngecek keadaan Mesya!" sewot Raka tak mau kalah.

Lala tidak mau berdebat lagi, toh nanti dia tidak akan mau mengalah, tapi jika Raka mengulanginya lagi, dia tidak akan tinggal diam, "Sya, lo sakit ke UKS aja ya?" tanya Lala.

Mesya menggeleng lirih, "Gue anter pulang," ucap Al yang tiba-tiba nimbrung, namun Mesya lagi-lagi menggeleng.

"Atau gue aja yang anter lo pulang?" Raka takut jika Mesya kenapa-napa. Dia menawarkan dirinya karena berfikir Mesya tidak mau dengan Al.

MESYALIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang