FOURTY EIGHT (✔)

467 29 14
                                    

HAPPY

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G

"Mesya? Lala? Turun makan!" Ucap Nita sedikit berteriak agar kedua anaknya itu turun. Kedua cewek remaja itu langsung berlarian menuruni tangga dengan cepat.

"Jangan lari-lari!" Nita tentu saja khawatir jika mereka berlarian sambil menuruni tangga, itu bisa membahayakan mereka.

"Waw, bubur ayam?" tanya Mesya bingung, padahal sangat jarang Mamanya membeli bubur ayam walau dekat dengan penjual.

Lala tersenyum dengan makanan di pagi hari ini. "Lala-kan suka bubur ayam kata Al. Tapi nggak pakai kedelai." Mesya seumur-umur baru kali ini dia tahu apa makanan kesukaan Lala.

"Kok lo nggak pernah cerita, La?" tanya Mesya penasaran. Lala duduk di kursi meja makan sambil menggunakan sepatu lamanya yang sudah terlihat lusuh.

"Eh! Jangan pakai sepatu itu. Ini kemarin malam Mama pesen sih di temen Mama yang jual sepatu, eh di anterinnya tadi pagi sama nganterin anaknya sekolah. Ini, kamu pakek ini aja." Nita memberikan kotak sepatu itu kepada Lala.

"Nggak usah, Tan-eh, Ma. Ini aja udah cukup kok." Lala tentu merasa aneh jika dia menerima sepatu itu, sebenarnya dia juga tidak menyangka. Nita itu bukan ibu kandungnya tetapi dirinya mengapa bisa menyayangi Lala secepat ini?

"Eh kamu ya, sini Mama pasangin." Nita langsung memakaikan sepatu baru pada kaki Lala. Jujur, setelah sekian purnama baru kali ini dia merasakan kehangatan seorang Ibu. Mata Lala bahkan sampai berkaca-kaca. Semua tidak pernah ia duga akan seperti ini.

"Nah, gini kan selesai." Nita bangkit dari posisi jongkoknya lalu menatap Lala heran, mengapa Lala seperti ingin menangis.

"Eh, kamu ngapain nangis? Nggak boleh nangis ah, jelek nanti. Mending sekarang kamu makan buburnya dulu, jangan lupa baca doa." Nita mengelus ujung kepala Lala hingga membuat Lala tersenyum.

Mesya senang dengan ini, dia sama sekali tidak merasa cemburu ataupun lainnya. Karena apa? Karena Mesya tahu Lala seharusnya mendapat kasih sayang dari lama. Hitung-hitung ini latihan untuk mandiri.

"Ini buat Mesya, aaaa." Nita menyuapi Mesya tetapi Mesya justru cemberut. Mamanya ini menyikapinya tetapi tidak tau lokasi, dia bisa malu jika di hadapan Lala seperti ini.

"Ma, ada Lala. Aku bisa sendiri kok, malu, Ma." Nita menatap Lala yang sedikit cengo dengan sikap Mesya.

"Mesya emang manja anaknya, jadi sebenernya dia lebih pantas jadi adik kamu, bercanda. Kakak kamu selalu kayak gini, tiap malem nggak pernah bisa tidur sendiri. Kalau tidur sendiri denga malem bangun terus nangis." Astaga, Mamanya benar-benar tidak bisa diam.

Mesya menutupi wajahnya malu sementara Lala dan Mamanya malah terkekeh menertawainya. "Aku bisa makan sendiri kok." Nita manggut-manggut dengan ekspresi yang sedikit ragu lalu memberikan mangkuk itu kepada Mesya.

MESYALIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang