"Kenapa tiba-tiba ngajak ke luar?" tanya Mesya sambil berjalan. Tetapi tatapannya beralih kepada Al yang berada di sampingnya. Malam yang sunyi menyelimuti mereka, langkah mereka yang bersama itu membuat chemistry mereka kuat.
Al menatap Mesya sejenak lalu menatap depan lagi. Al memasukkan tangannya ke dalam saku di jaket yang ia pakai. Suhu udara saat malam akhir-akhir ini tidak menentu, kadang dingin kadang juga panas. Mesya mengalihkan pandangannya ke arah lain karena sebal pertanyaannya tak kunjung dijawab oleh Al.
Tanpa Mesya sadari Al tersenyum kecil tanpa melihat wajah Mesya, tatapannya juga masih terbesit pada arah depan. Kendaraan berlalu lalang membuat malam ini tidak terlalu gelap karena sorot lampunya.
"Pengen aja." Mesya langsung menoleh hanya inikah jawabannya? Dia sudah menunggu jawaban ini lebih dari dua menit.
Mesya mengembuskan napas kesal pada akhirnya. "Kenapa nggak bawa motor?" Mesya menoleh untuk menunggu jawaban dari Al. Dia bahkan seperti sangat pendek untuk ini.
"Bawa." Mesya mengedarkan pandangannya ke arah sekitar tidak asa satupun motor milik Al di sini. Apakah Al berbohong, atau berhalusinasi? Atau juga jangan-jangan dia mengigau dan sekarang dia masih tidur? Tapi Al terlihat sadar.
Sikap Al yang irit bicara ini yang sedikit menjadi permasalahan karena selain menjawab lama Al juga seperti malas berbicara.
"Di mana? Nggak ada. Jangan irit-irit kalo ngomong. Bayangin lo nanti kalau baca hijab kabul ngomong singkat, nggak jadi nikah yang ada." Mesya kesal dengan Al lama-lama.
"Kenapa jadi ke nikah? Motor gue di bengkel, ban-nya bocor," celetuk Al membuat Mesya ingin menutupi wajahnya malu.
"Kenapa gue sampai nyebut nikah sih? Gila gue, ish! Mesya," gerutu Mesya dengan suara sangat pelan agar Al tidak bisa mendengarnya. Mau diletakkan di mana nanti wajahnya?
Argh! Ini benar-benar membuatnya malu. Mesya menggaruk-garuk rambutnya bingung. Al menoleh ke arah Mesya disaat Mesya menoleh. Ini semakin memperburuk keadaan.
"Al! Jangan bikin gue salah tingkah dong!" Al terkekeh mendengar penuturan dari Mesya. Mesya tidak menyangka seperti inikah jika Al tertawa walau singkat, dia semakin membuat jantung Mesya berdebar-debar.
Mata Al sedikit menyipit karena terkekeh, hidungnya yang mancung itu membuatnya terkesan kharismatik. Bibirnya yang tipis juga membuat Mesya ingin menangis sekarang juga. Mesya tidak menyangka Al bisa berubah setampan ini.
Rahangnya yang tegas itu membuat kesan tersendiri, ditambah dengan senyuman kecilnya itu membuat dirinya ingin pingsan. Ayolah, pada kenyataannya Al memang cowok perfect, minus-nya hanya pada cuek dan dinginnya.
Al menatap arah lain, motor dan mobil ataupun truk juga berlalu lalang dengan kecepatan sedang. "Ngapain liatin gue?" Mesya langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Lihatlah jika ada Ayahnya dia akan mengadu karena Al berhasil membuatnya baper, tetapi suka menjatuhkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MESYALIA (END)
Teen Fiction☡HARAP VOTE DAN KOMEN, FOLLOW KARENA ADA BBRP PART DIPRIV☡ Meysa Aquila Kaitlyn atau yang kerap disapa Mesya gadis cantik, baik dan polos yang bersahabat dengan Shaula Adelia Putri dipanggil Lala. Seorang anak yang mandiri, dan cantik, namun sebenar...