THIRTY ONE (✔)

322 31 49
                                    

"Ayo anak-anak cepat kumpul!" pekik guru laki-laki yang menjabat sebagai guru olahraga itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayo anak-anak cepat kumpul!" pekik guru laki-laki yang menjabat sebagai guru olahraga itu. Pak Husein namanya, siswa sekelas Mesya ke luar menuju lapangan basket.

Mesya berjalan dengan malas, dia memang tidak suka olahraga dari dulu. Itu kegiatan yang membuatnya letih, lebih baik dirinya membaca buku dengan Lala. Ngomong-ngomong tentang Lala, Mesya sedikit takut dengan dia, Lala juga terlihat diam, sesekali juga dia melirik Mesya.

Mereka melakukan pemanasan sebelum berolahraga terlebih dahulu. Lala juga tidak berjarak jauh dengan Mesya hanya saja dirinya bingung mengapa Mesya seperti takut melihatnya?

Itu menjadi pertanyaan besar di benaknya. Mesya sesekali menatap Lala dengan was-was. Kok gue gatel banget kalau nggak ngomong sama Lala ya? Tapi gue takut nanti Lala kayak kemarin, batin Mesya sambil menatap Lala saat pemanasan berlangsung.

Lala mengalihkan pandangannya menatap Mesya, sedangkan sang empu langsung mengalihkan perhatiannya dengan cepat.

"Hari ini kalian bebas mau olahraga apa, karena kemarin kita sudah menyelesaikan bab dan sudah praktik semua." Teriakan siswa maupun siswi menggelegar karena mereka sangat senang.

"Jangan teriak-teriak. Kalau mau mencari saya, saya di kantor." Setelah guru itu pergi mereka langsung berlarian. Para cowok berlari ke tengah dan bermain basket, sedangkan siswi banyak yang memilih untuk duduk sambil melihat para cowok yang bermain basket.

Mesya juga memilih duduk sambil melihat Raka, Al dan lainnya bermain basket. Baru kali ini dia melihat Al bermain basket. Walau tak sepandai Raka, tetapi yang membuat Mesya tersenyum adalah Al yang menatap dirinya sejenak sambil tersenyum.

"Cie yang disenyumin Mas Pacar," celetuk Dinda sambil menyenggol lengan Mesya. Mesya menatap Dinda sejenak lalu tersenyum.

Tak hanya Dinda, Dina juga tersenyum karena pacarnya melambaikan tangan padanya. Dina ikut melambaikan tangan sambil tersenyum lebar.

"Nggak asik ah, kalian punya pawang semua." jenuh Dinda sambil menatap kesal mereka yang masing-masing memiliki pacar.

"Makanya nyari," jawab Dina dengan simple.

"Lo pikir nyari gampang? Nyarinya gampang sih, tapi yang bikin nyaman itu susah banget," timpal Dinda sambil menatap siswa yang sedang bermain basket itu.

"Cari aja yang cocok." Dinda menatap jengah Dina kali ini. Dipikir dengan mencari keserasian dia akan mendapat yang cocok?

"Bego lo emang. Nyari itu yang bikin nyaman bukan yang cocok. Kalo nih misal gue cocok sama pacar lo gue boleh sama dia?" Dina langsung melotot mendengar penuturan dari Dinda. Apa-apaan ini apa Dinda ingin jadi pelakor.

"Ya nggak boleh! Dia kan sepupu lo," celetuk Dina sedikit tegang membuat Dinda seketika tertawa. Dina dan Mesya saling menatap lalu menatap Dinda.

"Berarti lo tau kan cari yang nyaman bukan cocok," jawab Dinda dengan simpel. Dina akhirnya mengangguk setuju dengan ini.

MESYALIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang