Mesya sedang berjalan di koridor kelas untuk mencari sahabatnya. Kakinya yang ditutupi sepatu hitam dan kaos kaki putih itu terus melangkah, matanya menyipit mencari-cari sosok yang dia kenal.
"Ih! Lala kemana sih?!" gerutu Mesya yang tak kunjung mendapati sahabatnya itu. Mesya menenangkan pikirannya sejenak, untuk mencari tahu di mana kebiasaan Lala jika sendiri.
Lala tidak masuk kelas, dia bolos. Tapi Mesya tahu tidak mungkin Lala tidak sekolah, gadis itu pasti berada di lingkungan sekolah.
"Aha!" Lala menemukan lampu di dalam pikirannya yang sedang sunyi.
"Pasti di belakang sekolah!" Mesya berlari-larian menuju belakang sekolah, tanpa memperdulikan Raka yang memanggilnya dari lapangan basket, Al-cowok itu sedang tidak masuk sekolah karena ada keperluan keluarga.
"SYA!"
"SYA?!"
Mesya sama sekali tidak mempedulikan Raka yang terus menerus memanggilnya dengan keras, Raka mengernyit sambil membawa bola basket di hadapannya. Raka membuang asal bolanya dan mengikuti Mesya perlahan, agar tidak ketahuan.
Mesya mengedarkan pandangannya, mencari dimana keberadaan Lala. Mata Mesya menemukan perempuan yang duduk dikursi panjang putih sambil menatap langit. Rambutnya yang sebahu itu membuatnya lebih tegar.
"La?" Mesya menempelkan tangan kanannya pundak kiri Lala. Lala sama sekali tidak meliriknya sedikitpun. Matanya seakan-akan menahan sesuatu. Pandangannya masih satu, langit yang berwarna biru, dengan matahari yang bersembunyi di balik awan.
Mesya duduk disamping Lala dengan tiba-tiba. "Maafin gue, La. Gue tahu gue salah, gue-"
"Nggak perlu minta maaf kalau lo akan ngulangi hal yang sama," jawab Lala dingin sambil menatap langit, Mesya belum pernah merasakan Lala sedingin ini sebelumnya.
"Ma-maksudnya?" tanya Mesya yang belum paham dengan ucapan Lala, menurutnya itu terlalu berbelit-belit.
"Lo belum pacaran sama Al?" tanya Lala menatap Mesya sejenak. Mesya menggeleng dengan cepat, Lala kembali menatap asalnya.
"Lo belum pacaran sama Al, tapi lo udah bisa lupain gue. Kalau lo pacaran sama dia, lo bakal nganggap gue mati?" tanya Lala tersenyum kecut.
"Nggak gitu, La." Mesya bingung menjelaskan dari mana. Dia benar-benar lupa untuk kemarin, pikirannya saat itu hanyalah Al.
"Nggak gitu, gimana? Dia orang baru dalam kehidupan lo. Dan harusnya lo nggak terlalu dekat dengan dia sebelum tahu banyak tentang dia." Mesya hanya mampu menunduk menahan gelisahnya, ini memang kesalahannya.
"Jawab gue, Sya! Ini yang gue takutin. Lo mulai lupain gue, berbuat seolah-olah gue bukan siapa-siapa lo." Lala menjambak rambutnya kesal, sementara Mesya hanya menggeleng sambil menunduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
MESYALIA (END)
Teen Fiction☡HARAP VOTE DAN KOMEN, FOLLOW KARENA ADA BBRP PART DIPRIV☡ Meysa Aquila Kaitlyn atau yang kerap disapa Mesya gadis cantik, baik dan polos yang bersahabat dengan Shaula Adelia Putri dipanggil Lala. Seorang anak yang mandiri, dan cantik, namun sebenar...