Lala tampak duduk dengan menatap kakinya. Seseorang menyentuh pundaknya membuat Lala menatap arah samping. Mesya, dia Mesya, Lala memilih untuk pergi dari situ. Tangan Mesya menggandeng tangan kiri Lala. Bukan tepat pada tangannya melainkan jari tangannya, karena Mesya tahu tangan Lala sakit.
"Jangan pergi, kita omongin," ucap Mesya pelan membuat Lala kembali duduk dan Mesya duduk di sampingnya.
Sekarang Mesya yang bingung harus mengawali dengan apa, tidak mungkin untuk dia langsung berbicara intinya. Lala menatap datar kakinya kembali.
"La, lo inget nggak pertama kita sahabatan? Dua tahun yang lalu di sini kita resmi bersahabatan." Mesya menatap arah langit untuk mengulang kenangan yang pernah mereka lalui.
"Dari lo yang awalnya sering nolong gue waktu gue di-bully sampai lo ngajarin gue." Memori itu bahkan tidak pernah hilang, dan tidak akan pernah hilang pada ingatan Mesya.
Dipertemukan secara tidak sengaja hingga menjadi sahabat. Mesya yang tadinya dibenci banyak orang menjadi disukai banyak orang, bahkan perubahan Mesya yang 180 derajat itu membuatnya seakan Lala adalah penolong.
"Lo ngajarin gue banyak tentang hidup, dan hidup gue jauh lebih berwarna sekarang. Lo ngajak gue keluar dari zona nyaman," ucap Mesya sambil tersenyum. Lala yang mengajarinya untuk tidak hidup dengan selalu pasrah dengan alur, Mesya yang tadinya tidak mau berusaha sekarang ingin menajdi lebih baik dan baik lagi.
Flashback On
"La, kamu kan-" ucapan Mesya terhenti karena protes dari Lala. Pada masa ini Mesya masih memakai kacamata dan wajah yang masih belum memakai perawatan apapun.
"Lo-gue." Lala menatap Mesya jengah. Berbeda dengan Mesya Lala sudah mengenal tentang perawatan walau hanya memakai handbody dan liptint karena keterbatasan biaya yang ia miliki.
"Lo kan udah bantu gue dari anak-anak kelas," ucap Mesya sedikit menciut.
"Hmmm," balas Lala singkat, dulu Lala sangat malas berbicara dengan Mesya, karena menurut Lala Mesya itu terlalu banyak omong hingga membuat telinganya capek.
"Lo mau nggak jadi sahabat gue?" Lala masih terdiam berbeda dengan Mesya yang menatap Lala dengan puppy eyesnya. Lala menatap Mesya dengan tatapan datarnya.
"Aaa mau ya? Nanti gue kasih krim-krim yang buat wajah itu yang dibeliin Mama tapi nggak aku pakek itu." Lala berdecak sebal dengan Mesya.
"Itu namanya skincare, lo dibeliin Mama lo tapi nggak lo pakek gimana si." Mesya hanya menatap Lala malas, Mama Mesya memang suka membelikan skincare tapi Mesya tidak mengerti seperti itu.
"Ya kan gue nggak ngerti, Mama selalu beliin tapi aku nggak suka pakek itu, Lala mau? Biar gue bawa semua buat Lala, tapi Lo jadi sahabat gue ya," ucap Mesya dengan nada memohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
MESYALIA (END)
Teen Fiction☡HARAP VOTE DAN KOMEN, FOLLOW KARENA ADA BBRP PART DIPRIV☡ Meysa Aquila Kaitlyn atau yang kerap disapa Mesya gadis cantik, baik dan polos yang bersahabat dengan Shaula Adelia Putri dipanggil Lala. Seorang anak yang mandiri, dan cantik, namun sebenar...