SIXTEEN (✔)

402 51 88
                                    

"Serius kita ke sini?" Mesya ragu untuk melanjutkan ke sini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Serius kita ke sini?" Mesya ragu untuk melanjutkan ke sini. Ini bukan tempat biasa, tapi rumah hantu. Mesya juga sedikit menutup telinganya yang mendengar suara jeritan orang-orang yang masuk.

Al mengangguk lalu ikut mengantri sambil menarik tangan Mesya. "Al, t-tapi," ucap Mesya terbata-bata membuat Al terkekeh.

"Lo kalau malem sering ke jembatan sendirian tapi kenapa di rumah hantu lo takut?" Damn, Mesya tercengang dengan ucapan itu. Jika di jembatan dia nyaman karena suasana mau bekerja sama.

Mesya menatap Al dengan cuek, "Kalau di sana ada hantu, itu hantu beneran. Tinggal baca doa, ngilang. Lah di sini? Hantunya manusia, pasti bakal jahil," celetuk Mesya membenarkan ucapan Al yang menguatnya takut hantu.

"Yaudah sih, terima aja, seru ini." Apa yang di maksud Al seru? Menjelajahi tempat bernuansa gelap ini? Jika di jembatan paling tidak akan ada sisi aesthetic jika di sini jangankan aesthetic sisi cute saja tidak ada.

Mesya berdecak sebal sambil mengikuti Al dari belakang. Tangan kirinya juga masih kokoh untuk membawa permen kapas yang masih dalam kemasan. Mesya mulai masuk ke dalam rumah hantu, mereka berjalan dengan perlahan sedangkan Al tampak tenang.

Baru beberapa melangkahkan kaki sebuah laba-laba turun. "Aaaaa!" pekik Mesya kencang, laba-laba itu turun tepat di atas kepalanya. Manusia normal mana yang tidak kaget dengan itu. Sedangkan Al malah terkekeh sambil menyisihkan laba-laba palsu itu.

"Cuma mainan," ucap Al membuat Mesya ingin melemparinya batu. Mesya berjalan pelan dari belakang Al karena takut jika nanti tiba-tiba ada sesuatu di depannya dan dia ditertawai Al.

Ada sesuatu yang mengganjal pada Mesya, sebuah tangan menelusuk pundaknya. Tangan itu terlihat pucat dengan kuku hitam. Mesya menoleh sebentar, secara perlahan. "Aaaaa! Hus! Hus! Ni, ini ambil buat tante!" ucap Mesya sambil memberikan permen kapasnya tadi saat melihat perempuan berwajah seram dengan lingkaran mata yang hitam pekat. Wanita yang tadinya menjadi hantu itu hanya menerima sambil melongo seperti tidak paham.

Al memukul keningnya pelan, bisa-bisanya Mesya memberikan permen napasnya hanya karena tidak ingin diganggu. Mesya meringis sambil menatap Al yang menatapnya datar.

"Lo sebenernya takut apa pura-pura berani?" Mesya menatap kesal Al lalu berjalan mendahuluinya. Al hanya tersenyum untuk melihat seberapa tahan Mesya berjalan di depannya.

"Gue itu berani Al, cuma kalau hantu boongan gue takut," jawab Mesya untuk mengelak. Menurutnya hantu palsu lebih menakutkan dari hantu asli.

Al berdecak, "Siapa sih yang ngajarin lo?" tanya Al jengah. Mesya sesekali berjalan cepat untuk menghindari hantu-hantu yang terus berusaha memegangnya.

"Lala, awalnya gue takut sama hantu sama nggak berani ke jembatan. Tapi Lala bilang kalau pakek doa hantu bakal pergi sendiri, kecuali hantu palsu. Gitu kata Lala." Al berfikir sejenak dan Mesya mencoba menyetarakan dirinya dengan Al.

MESYALIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang