EIGHTEEN (✔)

351 41 83
                                    

"G-gue b-bisa jelasin, La!" pekik Mesya kencang sambil berkaca-kaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"G-gue b-bisa jelasin, La!" pekik Mesya kencang sambil berkaca-kaca. Dia tidak pernah takut kehilangan teman tapi dia sangat takut jika kehilangan Lala.

Apakah sampai sini persahabatan mereka? Tidak, Mesya tidak mau itu terjadi yang seharusnya adalah Lala dan Mesya selamanya bukan sampai sini. Ini benar-benar bukan lelucon.

Mesya berlari menghampiri Lala yang berada belum jauh darinya. Menggenggam tangan Lala erat, Lala dalam hati tersenyum tapi tidak untuk wajahnya saat ini. "Lo mau jelasin apa lagi?" tanya Lala mulai bersuara.

"Gue bisa jelasin, ini gak seperti yang lo pikir. Gue sama Al cuma-cuma-" ucapan Mesya terhenti karena dia sendiri bingung harus melanjutkan kata-kata apa.

"Cuma teman, cuma temen 'kan maksud lo? Tapi lo udah bohong sama gue," bantah Lala dengan suara yang ditekan. Lala belum pernah seperti ini sebelumnya, apa dia terlalu egois memang?

Mesya mulai mengeluarkan air matanya, "Nggak usah nangis, gue nggak akan terbuai sama tangisan lo," ucap Lala malas sambil menatap arah lain.

"Gue hanya bohong sekali." Mesya berharap Lala akan memaafkan untuk kesalahannya. Apakah sesulit itu meminta maaf kepada Lala? Ini benar-benar terasa menyakitkan.

"Semua orang kalau sekali dia berbohong dia akan berbohong lagi. Sampai kapan lo mau bohong? Sampai lo bisa pacaran dan backstreet sama Al?" Mesya menggeleng lemah dirinya tidak sekuat itu dengan semua ucapan Lala.

Ucapan Lala itu sedikit tapi beribu makna, Mesya tahu Lala itu kecewa dengan dia. Dia tahu tapi jika Lala harus pergi meninggalkan dirinya dalam luka itu tidak mudah bagi Mesya.

"Lo tahu 'kan kesalahan lo apa? Yaudah pikir dengan bijak." Lala langsung pergi dari hadapan Mesya dengan cepat. Mesya menunduk dan berjalan ke arah kursi putih tadi.

Seseorang datang membuat Mesya mendongak, "Nggak perlu tangisi Lala," ucap cowok yang menjadi sahabat masa kecilnya-Raka.

"T-tapi dia-" ucapan Mesya terhenti karena telunjuk Raka yang berada pada mulutnya itu membuatnya diam.

"Dia itu suka sama Al,"

***

Sepanjang perjalanan pulang Mesya hanya memeluk ketiga permen kapasnya. Pandangannya seakan teralih pada lampu di jalanan yang terang. Beberapa pasangan terlihat akrab di mata Mesya, mereka seperti bercanda tawa itu membuat Mesya sedikit tersenyum.

Tapi satu hal lagi yang membuatnya terdiam ada dua orang perempuan seperti bersahabat mereka saling kejar-kejaran dan saling memukul sebagai candaan mereka. Mesya teringat pada Lala, sosial yang mengajarinya hidup sesungguhnya. Bisakah dirinya bangun dari mimpi buruknya?

"Dia itu suka sama Al," kata-kata itu masih tertanam pada benak Mesya. Kisah cinta persahabatan memang rumit hingga membuat Mesya yang periang menjadi diam.

MESYALIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang