FOURTY (✔)

405 29 34
                                    

"Lala kemana? Kok belum dateng ya?" tanya Mesya kepada Raka yang berada di belakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lala kemana? Kok belum dateng ya?" tanya Mesya kepada Raka yang berada di belakangnya. Sementara bangku sebelahnya yaitu tempat Al kosong tetapi tas Al berada di sana.

"Lo tau nggak, Rak?" tanya Mesya kepada Raka. Raka meletakkan ponselnya di loker meja lalu menatap Mesya dengan malas.

"Lo ngapain sih masih aja cariin musuh lo itu? Dia itu udah jelas-jelas sakitin lo. Yaudah lo sadar gitu, nggak usah cari-cari dia," ucap Raka membuat Mesya menatapnya dengan sebal.

"Mau gimanapun bentuknya, mau dia nakal, jahat, atau penghianat namanya sahabat itu nggak kenal sama begituan. Ya namanya manusia, hati sama pikirannya iu bisa berubah seiring waktu. Masalahnya kadang yang bikin berubah bukan dia, tetapi lingkungannya. Mungkin Lala ada masalah sama sekitar." Raka menganga karena ucapan Mesya ini. Dia belum pernah mengucapkan kata-kata seperti ini.

"Tumben? Kesambet apa ngomong itu?" Raka tidak percaya jika itu murni dari diri Mesya. Secara Mesya itu sangat polos walau siapapun mencoba mewarnai dirinya tetap saja dia akan polos dan selalu bertanya.

"Kemaren nemu kata-kata kayak gitu di instagram. Keren kan?" Benar dugaan Raka, Mesya memang terlalu anak-anak. Dia terlihat seperti anak kecil yang ingin menjadi dewasa dengan gaya bicaranya tetapi kelakuan tetap anak kecil.

"Nanti kalau dia di hukum karena telat gimana? Atau nggak dia nggak masuk? Dia sakit? Kemana sih bocah ini?" kesal Mesya. Dia tidak mau jika terjadi sesuatu dengan Lala.

"Bukannya yang bocah lo?" tanya Raka dengan suara pelan seperti sebuah deheman. Jika diantara mereka memiliki indra pendengar tajam maka berbeda dengan Mesya. Kadang dia menjadi pendengar baik kadang juga buruk.

"Ha?" Mesya hanya melongo karena tidak tau dengan apa yang dibicarakan oleh Raka.

"Nggak. Gue kemaren pulang dari cafe jam sebelas dan Lala masih di situ, mungkin dia ikut malem juga, terus datangnya telat." Mesya melongo. Mengapa Lala bisa ikut jam malam juga padahal seharusnya dia hanya sampai jam sembilan malam?

Apakah Lala ada kekurangan dalam keuangan? Atau jangan-jangan dia tidak mendapat kiriman? Mesya menjadi semakin khawatir. "Dia bisa sakit dong, kalau pulang jam segitu berarti dia nggak belajar dong?"

"Bener juga sih. Eh tapi ngapain gue peduli?" tanya Raka sendiri. Mengapa dia seolah-olah peduli dengan Lala.

"Ya lo juga harus peduli, kalau jodoh kan nggak tau!" sewot Mesya dengan cepat. Apa ini, apakah Mesya sedang mendoakannnya atau menjodohkannya dengan Lala yang galak itu? Tidak.

"Ogah!" balas Raka dengan cepat. Raka sangat malas jika membahas seperti ini tetapi mengapa perasaannya menjadi ikut aneh?

"Awas aja kalau tiba-tiba naksir. Gue doain di tolak lo!" kesal Mesya.

"Oh iya, gimana? Lo nggak mau apa balikan sama Al? Masa di sini cuma gue yang berjuang buat kalian? Tapi kalian tetep aja mentingin Lala!" Usahanya bisa percuma jika kedua belah pihak memang memilih untuk berpisah.

MESYALIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang