Semua berubah seperti asalnya, Lala tersenyum kecut ketika satu rencananya gagal. Tangan kanan dan kirinya bahkan masih aktif untuk membersihkan gelas dengan lap. Pandangannya juga beralih pada gelas itu, senyuman smirk pada bibirnya itu menandakan jika dia akan bangkit dengan rencana lain. Mengapa tidak untuk itu? Seribu rencana saja dia akan menyusunnya untuk menjalankan satu rencana.
Vani menatap Lala dengan wajah cengonya, Lala tidak seperti biasa. Dia terlihat tersenyum, jika Lala tersenyum biasanya dia memiliki banyak arti. Andai Lala disuruh bertarung dia pasti akan tersenyum. Semua bahagia ataupun luka Lala selalu menunjukkan senyumannya, seakan dia baik-baik saja. Tetapi menurut Vani orang seperti itulah yang dia pertanyakan.
Starlight akan sedikit sepi jika selesai maghrib. Karena beberapa dari karyawan maupun pembeli akan melakukan sholat terlebih dahulu. Tetap saja bayangan Lala tersenyum pada rencana-rencana barunya tadi. Tatapannya kosong, entah dia menghadap mana tetapi itu kosong.
Tangannya memegang kain untuk menggosok-gosok gelas bergantian agar gelas tetap bersih jika diberikan kepada pembeli. Starlight sangat mengutamakan kebersihan, karena atasan mereka tidak suka kotor dan ingin menjadikan cafe yang bersih tanpa kuman maupun lainnya.
"Lo kenapa?" tanya Vani sambil menatap Lala yang menatap ruang lain.
"Biasa. Mesya, dia selalu bikin gue kesel. Untung dia manusia." Vani heran jika Mesya bukan manusia apakah Lala akan membunuhnya?
"Kalau dia hewan lo bakal bunuh dia?" tanya Vani dengan polos.
Lala berdecak, temannya ini susah diajak bicara. Pantas saja dia masih jomlo. "Pantes ya lo jomlo. Kalau dia hewan dia pasti nggak bakal ganggu gue, sayang." ucap Lala dengan penekanan.
"Siapa bilang gue jomlo. Gue taken, lo aja yang jomlo, ngenes lagi. Gue kasih lagu, 'Baru ku sadari, cintaku bertepuk sebelah tangan' terima kasih Vani," ledek Vani sambil menyanyikan reff lagu Pupus karya Hanin Dhiya. Setelah menyanyikan lagu itu Vani langsung pergi untuk ke belakang.
Vani sebenarnya memang jahil seperti itu, dia suka sekali meledek Lala dengan suaranya. "Dih, awas aja kalo kena ghosting lagi terus nangis nangis ke kamar gue. Gue suruh pulang lo." Saat Vani putus cinta ataupun kena harapan palsu dia akan menangis di kamar Lala dan tidur di sana, karena kamar Vani jauh berbeda dengan Lala. Kamar Lala tertata, sedangkan milik Vani berantakan.
"Lala! Lo tau nggak? Gue di tembak my crush," pekik Vani dengan suara kecil karena dia tau sedang jam bekerja.
Lala menyernyitkan keningnya bingung. "Dia ke sini?" tanya Lala heran. Vani menggeleng tetapi dengan senyumnya, karena pada kenyataannya memang tidak.
"Tapi boong," lirih Vani dengan senyumannya yang pudar.
"Udah lah. Gue mau ngelupain dia," imbuh Vani dengan wajah kesalnya. Lala hanya geleng-geleng. Vani ini aneh dia disukai seseorang tetapi masih mengharapkan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
MESYALIA (END)
Teen Fiction☡HARAP VOTE DAN KOMEN, FOLLOW KARENA ADA BBRP PART DIPRIV☡ Meysa Aquila Kaitlyn atau yang kerap disapa Mesya gadis cantik, baik dan polos yang bersahabat dengan Shaula Adelia Putri dipanggil Lala. Seorang anak yang mandiri, dan cantik, namun sebenar...