TWENTY ONE (✔)

358 41 86
                                    

Lala bekerja di Starlight dengan perasaan senang saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lala bekerja di Starlight dengan perasaan senang saat ini. Mengingat sebentar lagi dia akan mendapatkan Al apa pun yang terjadi dan dengan cara apapun. Lala bahkan senyum-senyum sendiri jika mengingat kejadian saat Mesya dengan polosnya memberikan Al kepadanya.

Sebuah tepukan pada bahunya membuat Lala kaget dan menatap pelaku tersebut rupanya Vani. Wajar, dia memang suka blak-blakan jika menyerang seseorang. "Ngapain si? Ngagetin banget tau nggak!" kesal Lala sambil membersihkan gelas tanyakan dipakai Vani untuk menuangkan pesanan pelanggan.

"Hey! Harusnya lo berterima kasih sama gue. Kalau nggak gue sadarin lo kebablasan gimana? Lo mau?" Tetap saja Lala jengkel dan seperti tidak bersemangat lagi jika seperti ini.

"Dih, baperan kayak TK lo," sahut Vani yang melihat muka Lala langsung ditekuk dan terlihat murung. Aish! Apa-apaan Vani ini. Tidak bisakah dirinya membedakan mana waktu penting dan tidak penting ketika berbicara?

"Capek gue, sana bikinin kopi mereka. Lo gak capek apa ketawa terus?" tanya Lala jengah, pasalnya dia tertawa hanya beberapa dekat kemudian dia akan sedih lagi.

"Tertawa Itu ibadah," celetuk Vani sambil bangga, berbeda dengan Vani a Mesya justru tidak percaya jika dirinya tidak pernah dengan apa yang dikatakan Vani.

"Itu senyum bego, lo tahu kenapa gue jarang ketawa?" Vani mengangguk dengan antusias atas usulan Lala.

"Karena gue percaya senyum itu bakal bikin kita lupa sama asal-usul kita." Lala tersenyum sambil memindahkan kopi yang Vani buatkan untuk diletakkan di tas nakas.

"Udahlah mending lo kasih ini deh, Van." Lala menyerahkan kopi yang tadi ia bawa.

"Lah inikan pekerjaan lo, gimana si?" tanya Vani membuat Lala mencengir seperti tak berdosa. Bukan karena Lala malas memberi kopinya namun karena yang sedang memesan adalah ibu kosnya.

Lala menuding seseorang dengan kacamata yang sedang berbicara dengan temannya itu. "Itu ibu kos, lo kan udah bayar, gue lupa kalau gue belum bayar, gue pikir gue udah bayar. Udah ya sana lo kasih pesenannya." Lala meletakkan kopi itu di dekat Vani.

Vani berdecak kesal, "Tadi pas pesen gimana emangnya." Sekarang gantian Lala yang berdecak, apakah Vani tidak bisa gerak cepat?

"Kan dipesenin sama temennya, udah deh lo anter ini sekalian yang itu, yang buat temennya juga," celetuk Lala membuat Vani mau tidak mau yang berangkat. Lala tersenyum jika seperti ini, dia juga bernapas lega, untung saja Vani mau.

Bayangan Lala sekarang melesat pada kata-kata yang berasal dari mulut Mesya yang membuatnya sangat senang. Mengapa Mesya dengan mudah memberikan Al kepadanya? Apakah gadis itu tidak memikirkannya dua kali, sudahlah sekarang Lala sangat senang.

"Gue hanya tinggal mikirin buat cara deketin Al," gumam Lala sambil tersenyum. Senyumannya tak bertahan lama setelah seseorang menariknya ke arah belakang. Lala hanya mengikuti arah orang itu dengan sedikit mata tertutup, apakah dia tidak tahu jika Lala terluka?

MESYALIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang