FOURTY FIVE (✔)

431 35 45
                                    

"Kita harus cari Lala ke mana lagi? Kata Vani Lala pergi ke Tantenya di Bandung, masa harus ke Bandung?" tanya Mesya setelah masuk ke mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita harus cari Lala ke mana lagi? Kata Vani Lala pergi ke Tantenya di Bandung, masa harus ke Bandung?" tanya Mesya setelah masuk ke mobil. Dia baru saja bertanya kepada Vani, di mana Lala.

"Bandung? Nggak." Mesya menatap Al bingung, apa salahnya jika Lala memang benar-benar ke Kota Bandung?

"Kita jadi ke mana?" tanya Raka seperti sopir. Mereka membuat Raka bingung karena perbedaan pendapat.

"Lo perlu tau satu hal. Lala nggak pernah punya saudara dari Mamanya, karena mereka benci Lala. Keluarga Mama Adel keluarga terhormat dan mereka dulu sering kejar atau juga nyulik Lala buat di bunuh."

Memang pada dasarnya keluarga Mama Lala sangat membenci Lala, karena Lala adalah anak haram berulang kali mereka mencoba menggugurkan tetapi tidak bisa hingga akhirnya Adel memutuskan untuk pergi.

"Berarti Lala pergi dari lo karena ini?" tanya Raka, Al belum menyadarinya.

"Bener juga?" Al baru mengetahui sekarang padahal fakta tentang Lala dia sudah tau sejak lama.

"Terus kita harus cari ke mana?" kesal Mesya, pikirannya seperti berhenti secara tiba-tiba hingga membuatnya sudah berpikir.

"Jembatan aja," celetuk Raka dengan ngawur dia mengucapkan itu dengan sedikit melamun. Tetapi saran Raka masih masuk akal juga.

"BURUAN, RAK!" Raka segera berbalik arah dari kontrakan Lala untuk berjalan ke arah Jembatan. Jembatan itu sudah sepi lagi karena jalan umum sudah selesai diperbaiki.

***

Lala berjalan tak tau arah tatapannya kosong dan dirinya saat ini sudah sampai di jembatan. Jembatan ini sepi tidak seperti akhir-akhir ini. Ini pasti karena jalan utama sudah dibuka. Air mata menetes sampai pada bibirnya, jawaban dari pertanyaannya tentang kematian Mamanya terbuka.

Masalah semua terkumpul bahkan sepertinya Lala memang tak layak tinggal di sini. "Gue nggak boleh pakai uang Mama. Gue harus kasih uang itu ke seseorang yang lebih butuh dari gue!"

Lala berhenti berjalan, pandangannya menatap air yang mengalir perlahan. Suara air yang mengalir itu sedikit menenangkan pikirannya, walaupun perasaannya sudah sangat kacau.

Lala mengambil sesuatu dari sakunya, itu adalah gantungan kunci kaktus yang sama yang ia berikan kepada Mesya dulu. "Gue nggak tau kalung gue ke mana? Tapi gue harap itu nggak hilang."

"Sekarang yang harus gue pikirin gimana caranya gue bisa kendaliin diri gue sendiri, gue benci lo, Sya. Gue mau apa yang lo punya yang seharusnya gue dapat. Gue iri sama lo." Lala mempererat pegangannya pada pembatas jembatan itu sebagai bukti kekesalannya. Gantungan kunci itu ia bandingkan pada jari telunjuknya.

Manik matanya menatap bebatuan yang dilewati oleh air secara perlahan. Air perlahan juga menghempaskan rambut Lala secara perlahan untuk membawa ketenangan.

MESYALIA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang