Mesya menatap sekitar, ini jembatan biasanya dia merenungkan sesuatu. Untuk apa Al membawanya ke sini? Al melepas helm miliknya. Mesya menatap Al yang menatapnya.
"Ngapain ke sini?" tanya Mesya bingung, Al diam sambil berjalan santai, mau tidak mau Mesya mengikuti arah jalan Al. Mesya juga kesal jika dirinya ditinggal seperti itu.
Al menoleh sejenak ke arah Mesya, Mesya berhenti dan seperti merajuk. "Lo ngajak gue, tapi lo ninggalin gue." Raut wajah Mesya sangat lucu saat ini, Al memutuskan mendekati Mesya lagi.
Mesya tersipu malu sebenarnya jika seperti ini, tidak seperti biasanya Al yang cuek, Al seperti membawa bencana pada kecepatan jantungnya. Mesya mengembuskan napasnya perlahan.
Al menatap arah lain, sedangkan Mesya menatapnya. Tiba-tiba saja tangan kanan Al menyentuh tangan kiri Mesya dan membentuk sebuah genggaman.
Mesya langsung melotot tidak percaya, apakah dia bermimpi, atau jangan-jangan Al adalah jelmaan iblis? Tetapi mengapa Al sangat tampan? Astaga, jantung Mesya ingin lepas saat ini juga.
Mesya merenggangkan tangannya dari tangan Al, jantungnya tidak bisa jika harus senam seperti ini. "Jangan dilepas," ucap Al membuat Mesya mengikutinya.
Mesya hanya mengikuti arah jalan Al saja. Mesya mengarahkan arah pandangannya ke arah lain sambil menggigit jari kirinya. Al menatap Mesya singkat, dia tersenyum dengan itu.
"Lo sendiri yang minta nggak ditinggal tapi detak jantung lo bahkan bisa gue denger." Mesya menoleh, jika seperti ini lebih baik tadi dia menjaga jarak dengan Al sejauh mungkin agar Al tidak melihat kegrogiannya.
Mesya memejamkan matanya sejenak karena merasa malu dengan ini. Jantung gue, lo gue buang nanti kalau malu-maluin. Tenang, plis lo nggak kasian sama gue apa? Mana Al datar gitu, batin Mesya sambil mencoba bersikap tenang.
Apakah sampai tengah jembatan itu sangat lama? Satu detik terasa seperti satu jam bagi Mesya saat ini, jantungnya itu tidak mau bekerja sama dengannya. Jika bisa Mesya ingin menutupi telinga Al dengan kapas lalu berlari menjauh.
"Tenang aja, gue nggak gigit." Al berhenti di tengah jembatan dan melepaskan genggaman yang membuat jantung Mesya tidak tenang itu. Mesya membuang napasnya lega, akhirnya dia bisa tenang.
Mengapa tidak sejak tadi Al melepaskan tangannya? "Bintang," gumam Al membuat Mesya menoleh ke arah Al dan menatap bintang itu.
"Nama lo 'Altair' itu bintang kan?" tanya Mesya yang mendapat anggukan dari Al. Mesya mencoba mengingat lagi tentang bintang Altair.
"Bintang tercerah di rasi aquila," celetuk Al sambil mengingat namanya. Nama yang bagus di berikan oleh seseorang, entah di mana orang itu sekarang. Dia adalah sahabat Bundanya.
"Sahabat Bunda yang kasih nama," jawab Al dengan senyum kecil. Mesya menatap Al seakan ingin bertanya sesuatu.
"Terus gantian Bunda yang kasih nama anaknya yang jadi sahabat gue. Nama kita sama-sama ada nama bintangnya." Sekarang Mesya mengerti bagaimana kejadiannya. Pantas saja jika Al sangat dekat dengan teman kecilnya. Selain nama mereka sama mereka juga selalu dekat dan bersama saat kecil. Pasti sangat sulit jika berada di posisi Al yang kini kehilangan sahabat kecilnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MESYALIA (END)
Teen Fiction☡HARAP VOTE DAN KOMEN, FOLLOW KARENA ADA BBRP PART DIPRIV☡ Meysa Aquila Kaitlyn atau yang kerap disapa Mesya gadis cantik, baik dan polos yang bersahabat dengan Shaula Adelia Putri dipanggil Lala. Seorang anak yang mandiri, dan cantik, namun sebenar...